Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

KRISIS BBM MASIH BELUM MEREDA: ANTRIAN DI SPBU BERTAHAN HINGGA LARUT MALAM, WARGA MEMINTA PENYULING TRADISIONAL DIIZINKAN SUPLAI KE PELOSOK

Jumat, 05 Desember 2025 | Jumat, Desember 05, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-12-04T20:59:13Z


CNEWS,  Serdang Bedagai, Sumut — Krisis BBM di kawasan Serdang Bedagai, Tebing Tinggi, dan sebagian wilayah Medan belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Sejak Rabu pagi hingga larut malam, antrean kendaraan di berbagai SPBU masih mengular hingga mencapai hampir satu kilometer, menandakan distribusi BBM di Sumatera Utara belum sepenuhnya stabil usai banjir bandang yang melanda beberapa hari terakhir.



Pihak Pertamina memastikan suplai terus didorong ke titik-titik yang mengalami lonjakan kebutuhan, terutama wilayah yang terdampak bencana. Namun di lapangan, kondisi belum seragam—beberapa SPBU mulai normal, sementara lainnya tetap dipadati warga yang khawatir kehabisan stok.



Warga Nilai Distribusi Tidak Merata, Desak Alternatif Pasokan


Di tengah antrean panjang, sejumlah warga mulai menyuarakan keresahan tentang distribusi yang dinilai tidak merata antar wilayah. Isu alternatif penyaluran BBM kembali mengemuka, termasuk dorongan agar penyuling dan pengecer tradisional—yang selama ini dianggap ilegal—diberi ruang beroperasi sementara untuk memenuhi kebutuhan desa-desa terpencil.


“Kalau penyuling bisa mendistribusikan BBM hingga pelosok, keadaan pasti cepat stabil. Warga tidak panik kalau penjual eceran di kampung terisi,” ujar Darwis Sinaga, warga Kecamatan Dolok Masihul.


Hal serupa disampaikan Ramli, pekerja perkebunan yang mengikuti antrean hampir satu jam.
“Di kampung, penjual eceran sudah tidak ada lagi. Kalau penyuling diizinkan menyalurkan sementara, itu sangat membantu warga. Selama ini justru merekalah yang menghubungkan desa-desa terpencil,” katanya.



Dilema Regulasi vs Situasi Darurat


Secara aturan, penyulingan dan penjualan BBM secara tradisional dilarang karena risiko keselamatan, kualitas, serta potensi penyalahgunaan. Namun, kondisi darurat seperti saat ini memunculkan dilema baru: antara menegakkan regulasi atau memastikan warga tidak terputus akses energi.


Sejumlah tokoh masyarakat menilai pemerintah daerah perlu membuka opsi penyaluran alternatif dengan pengawasan ketat, agar kebutuhan krusial masyarakat desa tetap terpenuhi tanpa mengabaikan aspek keamanan.



Antrean Mengular, Polisi Turun Mengatur Kondisi


Pantauan CNEWS di SPBU Kecamatan Dolok Masihul menyebutkan antrean kendaraan mencapai hampir 1 kilometer, membentang hingga ruas jalan lintas utama. Situasi dipenuhi kendaraan roda dua dan empat yang rela menunggu berjam-jam hanya untuk mendapatkan jatah pembelian.


Untuk mencegah kemacetan dan potensi keributan di tengah kelelahan warga, Polsek Dolok Masihul menerjunkan personel untuk menjaga keamanan dan mengatur arus antrean.


“Petugas kami stand by untuk memastikan antrian berjalan tertib dan tidak mengganggu mobilitas warga lain,” ujar seorang petugas yang mengawasi antrian tersebut



Kondisi Masih Bergerak, Warga Menunggu Kepastian


Hingga berita ini diturunkan, beberapa SPBU masih dipadati pengendara. Banyak warga berharap Pertamina dapat meningkatkan suplai dalam beberapa hari ke depan agar distribusi kembali normal dan kepanikan tidak lagi meluas.


Situasi krisis BBM ini dinilai menjadi cermin pentingnya penanganan distribusi energi yang adaptif, terutama di wilayah rawan bencana yang bergantung pada mobilitas dan logistik harian.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Berita Terbaru Update