Diplomasi Pangan Prabowo–Amran: Dari Solidaritas Kemanusiaan Menuju Kepemimpinan Global Selatan
CNews, Jakarta — Hubungan Indonesia dan Palestina kembali melangkah ke babak baru yang lebih konkret dan bersejarah. Setelah puluhan tahun berjalan dalam bentuk dukungan politik dan kemanusiaan, kini kedua negara resmi membangun kemitraan strategis di sektor pertanian dan ketahanan pangan.
Langkah monumental ini diwujudkan melalui pembangunan kawasan pertanian terintegrasi seluas 10.000–15.000 hektare di Kalimantan Utara dan Sulawesi Selatan, dengan dukungan teknis dan investasi bersama antara pemerintah, BUMN, dan mitra internasional dari kawasan Asia Tenggara dan Timur Tengah.
Komitmen tersebut ditegaskan langsung oleh Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dalam pertemuannya dengan Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Zuhair Al-Shun, serta diperkuat dalam Konferensi Ketahanan Pangan Dunia 2025 di Jakarta bersama Menteri Pertanian Palestina, Riyad Attari, Kamis (30/10/2025).
“Bagi kami, membantu Palestina bukan hanya soal pangan, tapi soal kemanusiaan. Saudara-saudara kita di sana berhak atas kehidupan yang layak, termasuk hak atas pangan,”
— Andi Amran Sulaiman, Menteri Pertanian RI.
Investasi Kemanusiaan dan Kemandirian Pangan Global
Kawasan pertanian Indonesia–Palestina ini akan dikembangkan menjadi klaster pangan terpadu yang meliputi:
- Produksi pangan pokok, hortikultura, dan peternakan;
- Pengembangan agroindustri modern;
- Pusat riset dan pelatihan sumber daya manusia (SDM) pertanian;
- Sistem pengolahan hasil panen dan ekspor produk pangan tropis.
Model ini akan menjadi proyek percontohan diplomasi pangan Global South, di mana solidaritas antarnegara berkembang diwujudkan dalam kerja sama produktif dan berkelanjutan.
“Palestina menjadi bagian penting dalam inisiatif ini. Ini bukan hanya proyek ekonomi, melainkan simbol solidaritas bangsa-bangsa berkembang,” ujar Amran.
Dubes Zuhair Al-Shun menyebut kerja sama ini sebagai sejarah baru hubungan bilateral Indonesia–Palestina, menandai peralihan dari diplomasi moral menjadi diplomasi pembangunan dan kemerdekaan yang berdaya pangan.
Komitmen Tak Surut Meski Situasi Gaza Masih Memanas
Rencana kunjungan tim teknis investasi Palestina ke Indonesia sempat tertunda akibat situasi keamanan di Gaza dan Tepi Barat. Namun, komunikasi dan koordinasi antara kedua pihak tetap berjalan intensif.
“Saya sangat hormat terhadap negara ini. Indonesia bekerja keras untuk kami. Jika masa jabatan saya berakhir, saya tidak akan meninggalkan negara ini. Itu janji saya kepada Indonesia,” ujar Zuhair penuh haru.
Transfer Teknologi dan Peningkatan SDM Pertanian Palestina
Selain lahan dan infrastruktur, kerja sama ini juga mencakup:
- Transfer teknologi irigasi hemat air dan pertanian gurun;
- Riset benih unggul tahan iklim dan sistem pertanian presisi berbasis digital;
- Pelatihan dan magang bagi tenaga teknis Palestina di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP), BRIN, dan IPB University;
- Pertukaran peneliti dan teknisi pertanian untuk memperkuat inovasi pangan tropis.
“Indonesia berdiri bersama Palestina, tidak hanya secara diplomatik, tetapi melalui kerja sama konkret di bidang pangan. Ini bentuk dukungan yang membumi,” tegas Amran.
Komite Kerja Bersama dan Rencana Aksi 2026–2030
Sebagai tindak lanjut konkret, kedua negara akan membentuk Komite Kerja Bersama (Joint Working Committee) pada awal 2026. Komite ini akan menyusun Rencana Aksi Lima Tahun (2026–2030) yang mencakup:
- Implementasi kawasan pertanian terpadu di Kalimantan dan Sulawesi;
- Peningkatan ekspor hasil pertanian dan pangan olahan ke Palestina;
- Pengembangan laboratorium benih tropis dan pusat riset pertanian kering;
- Skema pembiayaan trilateral bersama FAO, IsDB, dan UNDP;
- Penerapan konsep “food corridor” untuk menghubungkan rantai produksi dan ekspor ke Timur Tengah.
Uji coba pertama dimulai pada 1.000 hektare lahan di Kalimantan Timur, sebelum diperluas secara bertahap hingga 15.000 hektare.
Palestina Jadi Negara Prioritas dalam Program SSTC Indonesia
Kementerian Luar Negeri RI menetapkan Palestina sebagai negara prioritas penerima manfaat program South–South and Triangular Cooperation (SSTC) — inisiatif strategis Indonesia untuk memperkuat solidaritas pembangunan antarnegara berkembang.
Melalui SSTC, Indonesia menyalurkan:
- Pelatihan dan bantuan teknis pertanian tropis;
- Teknologi pengairan dan produksi pangan berkelanjutan;
- Model pertanian adaptif untuk wilayah pascakonflik.
“Kerja sama ini bukan sekadar proyek ekonomi, tetapi pesan moral bahwa bangsa-bangsa berkembang dapat membangun kekuatan sendiri tanpa bergantung pada hegemoni global,”
— R.M. Dindin Wahyudin, Direktur Kerja Sama Pembangunan Internasional Kemlu RI.
Sinergi Nasional: Kementan, BRIN, IPB, dan Dunia Usaha
Proyek besar ini didukung oleh kolaborasi lintas-lembaga:
- Kementerian Pertanian RI sebagai pengarah dan fasilitator kerja sama;
- BRIN dan IPB University sebagai mitra riset dan inovasi pertanian cerdas iklim (climate-smart agriculture);
- BUMN pangan seperti PTPN dan PT Pupuk Indonesia sebagai penyedia infrastruktur dan input produksi.
Selain memperkuat ketahanan pangan nasional, langkah ini membuka peluang ekspor bibit unggul, pupuk, dan teknologi pertanian Indonesia ke kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, mempertegas peran Indonesia sebagai pusat pertanian tropis dunia.
Analisis Redaksi: Diplomasi Empati dan Strategi Global Selatan
Langkah Indonesia memperkuat kemitraan pertanian dengan Palestina menandai transformasi diplomasi luar negeri Indonesia — dari politik moral menuju diplomasi pembangunan (development diplomacy).
Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Menteri Pertanian Amran Sulaiman, solidaritas kemanusiaan kini diubah menjadi strategi geopolitik berbasis pangan dan teknologi.
Prabowo membangun keamanan, Amran membangun kemandirian — keduanya menanam solidaritas di ladang yang sama.
Dengan proyek ini, Indonesia menegaskan diri sebagai pemimpin moral dan strategis Global South, yang tidak hanya berbicara di mimbar internasional, tetapi juga bekerja di lapangan — menanam, mengairi, dan memanen masa depan bersama Palestina.
Kesimpulan
Kerja sama Indonesia–Palestina di sektor pertanian bukan sekadar program ekonomi, melainkan manifesto politik kemanusiaan abad ke-21.
Dari Kalimantan hingga Gaza, dari bibit padi hingga sistem irigasi digital, Indonesia dan Palestina menanam simbol kemerdekaan sejati — kemandirian pangan sebagai dasar perdamaian dan keadilan global.( Red.RI)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar