Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Kontroversi Rumor Kesehatan Zakir Naik: Antara Serangan Digital dan Isu Etika Privasi

Senin, 22 September 2025 | Senin, September 22, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-09-22T12:33:14Z

 



CNEWS, Jakarta | 22 September 2025 – Media sosial kembali diramaikan dengan kabar mengejutkan terkait pendakwah kontroversial asal India, Dr. Zakir Naik. Sebuah unggahan viral menuding bahwa ulama tersebut terdiagnosis HIV/AIDS dan tengah menjalani perawatan medis di Malaysia. Klaim itu berawal dari akun Facebook bernama Zion X Nova serta sejumlah akun anonim lainnya, yang kemudian memicu perdebatan publik.


Rumor tersebut semakin liar setelah beredarnya dokumen medis yang dikaitkan dengan Pantai Hospital Kuala Lumpur. Dokumen bertanggal 4 September 2025 itu menampilkan hasil tes laboratorium dengan status positif antibodi HIV 1 & 2, disertai tanda tangan seorang dokter spesialis penyakit menular. Namun, keaslian dokumen tersebut diragukan dan hingga kini belum ada konfirmasi resmi dari pihak rumah sakit maupun otoritas kesehatan Malaysia.


Bantahan Keras dari Kuasa Hukum dan Zakir Naik


Kuasa hukum Zakir Naik, Akberdin Abdul Kadir, menyebut kabar tersebut sebagai fitnah dan berita palsu.


“Itu omong kosong. Sama sekali tidak benar. Bahkan saat rumor itu muncul, klien kami tidak berada di Malaysia,” tegas Akberdin.

 

Zakir Naik sendiri juga membantah melalui akun X resminya. Ia menegaskan dalam keadaan sehat dan meminta publik hanya merujuk pada saluran resmi.


“Dr. Zakir Naik dalam keadaan sehat. Mohon hanya mengandalkan saluran resmi untuk mendapatkan informasi terbaru,” tulisnya.

 

Sorotan Etika dan Hukum

Peredaran dokumen medis pribadi tanpa persetujuan jelas merupakan pelanggaran serius terhadap privasi dan etika medis. Menurut standar hukum internasional, rekam medis bersifat rahasia, dan publikasi tanpa izin dapat berimplikasi pada sanksi hukum. Para pakar etika memperingatkan, sekalipun dokumen itu asli, penyebarannya tetap melanggar prinsip dasar kerahasiaan pasien.


“Informasi kesehatan, apalagi terkait penyakit yang sarat stigma seperti HIV/AIDS, bisa menjadi senjata mematikan terhadap reputasi seseorang. Media dan individu wajib menahan diri agar tidak mengamplifikasi klaim yang belum terverifikasi,” kata seorang pakar etika kesehatan yang dihubungi.


Dugaan Kampanye Hitam

Mengingat profil Zakir Naik yang kontroversial, sejumlah pengamat menilai isu kesehatan ini berpotensi sebagai bagian dari kampanye hitam untuk mendiskreditkannya. Sejak 2016, Zakir bermukim di Malaysia dengan status penduduk tetap, setelah diburu otoritas India atas tuduhan pencucian uang dan ujaran kebencian. Dakwahnya kerap memicu polemik karena dianggap menyinggung keyakinan agama lain.


“Terlepas dari sikap setuju atau tidak terhadap sosoknya, menyebarkan rumor kesehatan pribadi untuk tujuan politik atau ideologis jelas tidak etis,” ujar seorang pengamat komunikasi politik.


Tantangan Misinformasi Digital

Kasus ini menyoroti masalah lebih luas: bagaimana rumor kesehatan di era digital dapat dijadikan alat serangan politik maupun sosial. Selain merusak reputasi individu, misinformasi seperti ini juga berisiko memperkuat stigma terhadap penyakit tertentu dan mengalihkan perhatian publik dari prioritas kesehatan masyarakat.


Pengacara Zakir Naik bahkan membuka opsi untuk menempuh jalur hukum terhadap pihak-pihak yang diduga menyebarkan dokumen medis palsu. Namun hingga kini, fokus utama adalah mengklarifikasi kebenaran informasi agar publik tidak terus-menerus disesatkan oleh kabar yang belum diverifikasi. ( RED)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Berita Terbaru Update