Oleh: Laksamana Sukardi
CNews , Pada waktu perjuangan kemerdekaan, ‘Merdeka atau Mati’ merupakan slogan yang menggema di seluruh Nusantara, generasi muda Indonesia bersatu dalam tekad menukar kemerdekaan dengan kematian, demi masa depan yang adil dan sejahtera.
Kini 80 tahun umur republik. Walaupun lintasan zaman telah dilalui dan generasi telah berganti, tetapi elan perjuangan masih tetap sama, yaitu generasi muda pada setiap zamannya mendambakan “masa depan” yang berkeadilan dan kesejahteraan yang merata.
Namun ada perbedaan mendasar, antara zaman kemerdekaan dan sekarang, yaitu sesuai dengan terawangan Bung Karno kepada generasi muda saat itu: “zaman kalian akan lebih sulit, karena kalian akan menghadapi bangsa sendiri bukan penjajah!”
Bung Karno benar, Gerakan Reformasi tahun 1998 merupakan sebuah wujud perjuangan generasi muda melawan bangsa sendiri dengan tujuan memerdekakan diri menuju demokrasi, keadilan dan kesejahteraan. Slogan ‘merdeka atau mati’ dalam gerakan reformasi ternyata masih relevan yaitu ‘reformasi (baca merdeka) atau mati’
Sangat disayangkan saat ini sebagian besar generasi muda zaman ‘now’ masih harus menghadapi kecemasan dan kesulitan mendapatkan pekerjaan untuk menjamin
kehidupan yang layak. Namun mereka memiliki pilihan untuk hidup lebih baik diluar negeri yang menyediakan kesempatan kerja yang lebih menjamin kesejahteraan.
Sehingga dalam mengekspresikan perjuangan antara hidup dan mati generasi muda sekarang menggunakan sosial media dan internet dengan tagar #kaburajadulu yang semakin hari semakin trending.
Tagar tersebut dapat diartikan juga sebagai ‘Merdeka tanpa harus Mati’
Pemandangan di Kejaksaan Agung akhir akhir ini, yang gamblang memamerkan uang hasil korupsi ribuan trilyun (kuadriliun) rupiah menambah asa mereka semakin pupus. Kenapa mega korupsi masih terjadi disemua lini kehidupan berbangsa dan bernegara, sedangkan lapangan kerja semakin langka.
Tidak hanya generasi muda yang menjadi putus asa, para calon investor pun berdiri bulu kuduknya menyaksikan pameran uang hasil korupsi tersebut dengan pertanyaan; “kenapa gajah dalam ruangan sulit nampak?”
Bonus demografi dan kemajuan teknologi akan menjadi ancaman besar jika tidak dipersiapkan dengan baik. Jenis keahlian yang harus dimiliki angkatan kerja telah berubah drastis, karena kegiatan industri akan menggunakan robot (internet of thing/IOT) dan Artificial Intelligent (AI) yang tidak membutuhkan manusia. Dengan demikian, jika tidak dipersiapkan maka pengangguran akan semakin tinggi dan jurang kaya dan miskin semakin lebar.
Perlu disadari bersama, penyebab timbulnya kesenjangan ekonomi dan ketidak-adilan sosial, ternyata berasal dari sistim pembagian rente ekonomi hasil sumber daya alam, yang tidak adil.
Porsi rente ekonomi tersebut lebih banyak dinikmati oleh pengusaha dan penguasa.
Bahkan keduanya telah ber-fusi menjadi satu yaitu, pengusaha menjadi penguasa dan sebaliknya penguasa menjadi pengusaha, akibatnya generasi muda menjadi putus asa.
Fusi tersebut telah membangun sebuah kelompok elit yang kuat dan mempengaruhi kebijakan ekonomi dibidang pengelolaan sumber kekayaan alam. Yang akhirnya menambah besar ketimpangan sosial.
Orang kaya baru di Indonesia berasal dari usaha konsesi sumber daya alam sedangkan di negara negara maju berasal dari daya sumber manusia, contohnya; chatGPT, Microsoft, Google, Apple dll yang tidak mengandalkan kekayaan alam
Kesenjangan ekonomi di Indonesia diperkuat oleh data Oxfam & Credit Suisse; 1% teratas penduduk Indonesia menguasai sekitar 49% total kekayaan di negara ini.
Hasil Research Jeffrey Winter (Northwestern University) memperkirakan bahwa kurang dari 0,1% penduduk secara efektif mengendalikan kebijakan yang membentuk arah perekonomian Indonesia
Selain itu, Indonesia termasuk salah satu negara dalam kelompok G20 dengan tingkat ketimpangan kekayaan paling tinggi — kelompok elit yang sangat kecil menguasai porsi besar perekonomian.
Akibatnya jurang ketimpangan ekonomi semakin melebar dan banyak anak muda zaman now mengalami dilema yaitu berdiam diri hidup sulit atau melakukan protest menyalurkan keluhan melalui sistim demokrasi yang dirasakan tidak efektif. Kondisi seperti ini telah jauh hari dipikirkan oleh Bung Karno dengan petuahnya yang terkenal, yaitu; “Tugas kalian akan lebih sulit, karena harus melawan bangsa sendiri!”
Sementara itu digitalisasi informasi melalui internet dan sosial-media telah merubah dunia menjadi satu kesatuan ekonomi yang serba terbuka dan membuat perbatasan negara menjadi batas imajiner.
Akses terhadap informasi menjadi mudah, sehingga upaya untuk mewujudkan mimpi membangun kesejahteraan keluarga dapat terwujud dengan melintasi batas imajiner tersebut.
Oleh karena itu, generasi muda lebih memilih untuk melintasi batas tanpa harus mengambil resiko melawan bangsa sendiri. Mereka memilih mengunduh mimpi melangkahi batas imajiner demi membangun kesejahteraan yang tidak dihadirkan oleh negara. Maka lahirlah #kaburajadulu.
Seperti dalam sejarah negara negara didunia, fenomena #kaburajadulu pada umumnya terjadi akibat perang saudara, ketimpangan sosial, kekejaman pemimpin diktator, buntunya kesempatan kerja, korupsi yang merajalela tanpa impunitas.
Oleh karena itu maka terjadi eksodus besar-besaran.
Sangat ironis, Indonesia yang telah 80 tahun merdeka, memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan sistim demokrasi yang telah di reformasi pada tahun 1998 ternyata tagar #kaburajaduluq telah menjadi semakin populer dikalangan generasi muda.
Dengan menyadari tujuan hakiki dari sebuah kemerdekaan bagi umat manusia, yaitu menggapai mimpi kesejahteraan dan keadilan sosial maka slogan ‘Merdeka atau Mati’ masih relevan dan tidak lekang oleh zaman. Namun yang berubah adalah definisi ‘habitat’ manusia yang tidak lagi dinamakan sebagai ‘sebuah negara’ akan tetapi menjadi ‘habitat universal’ sebagai tempat hidup manusia yang dapat membuat mimpi menjadi kenyataan, sekaligus menghindari kematian yang sia-sia dan mubazir.
Kenyataan ini terbukti dengan telah terjadinya perubahan demografi secara besar besaran dinegara negara maju. Bahkan ‘Muhammad’ telah menjadi nama bayi laki laki terpopuler di Inggris Raya!
Oleh karena itu di Indonesia, semboyan ‘Merdeka atau Mati’ pada generasi muda saat ini, telah bermetamorfosis menjadi ‘Kabur Aja Dulu’.
Semangatnya sama hanya zaman yang berbeda.
Kita mengharapkan suatu waktu dimasa depan, dalam merayakan hari kemerdekaan Republik Indonesia, tagar yang populer adalah #pulangkampung.
Selamat HUT Kemerdekaan RI ke 80. “MERDEKA TANPA HARUS MATI”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar