CNews - Jakarta - Osaka, 10 Juni 2025 – Timnas Indonesia menutup fase ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 dengan kekalahan telak 6-0 dari raksasa Asia, Jepang, di Stadion Suita, Osaka. Laga terakhir Grup C ini menjadi tamparan keras bagi Skuad Garuda, yang tampil inferior dari segala aspek permainan dan tak mampu mencatat satu pun tembakan tepat sasaran.
Pembina CNEWS Solon Sihombing Dengan wamenpora Taufik Hidayat Nobar di kemenpora sore malam ini Bersama Ferry kono direktur lembaga Pengelola dana usaha keolahragaan kemenpora RI (inaspro)
Di bawah asuhan Patrick Kluivert, Indonesia tampak tak siap menghadapi tekanan berlapis Jepang sejak menit pertama. Statistik memperlihatkan dominasi mutlak tuan rumah yang menguasai lebih dari 70% bola dan mencatat lebih dari 20 percobaan ke gawang. Sementara Indonesia tak pernah mampu menembus kotak penalti lawan secara efektif.
Terpuruk Sejak Menit Awal
Pertahanan Indonesia mulai runtuh pada menit ke-15 saat Daichi Kamada membuka skor lewat sundulan akurat menyambut umpan silang Shunsuke Mito. Hanya empat menit berselang, Takefusa Kubo menggandakan keunggulan setelah memanfaatkan kemelut di depan gawang dan memaksimalkan pantulan bola yang sempat ditepis Emil Audero.
Petaka berlanjut saat Yakob Sayuri, pengganti Kevin Diks, harus ditarik keluar karena cedera hanya 15 menit setelah masuk. Pergantian darurat memasukkan Marselino Ferdinan membuat lini kanan Indonesia makin tidak stabil. Menjelang turun minum, Kamada kembali mencetak gol usai mengecoh dua bek Indonesia, menutup babak pertama dengan skor 3-0.
Babak Kedua: Tanpa Perlawanan, Tanpa Visi
Babak kedua tidak membawa perubahan berarti. Jepang tetap tampil agresif dan sistematis. Ryoya Morishita menambah gol keempat di menit ke-55 lewat tendangan voli, disusul Shuto Machino pada menit ke-58 yang menyelesaikan umpan cungkil Kubo dengan brilian. Mao Hosoya melengkapi penderitaan Garuda di menit ke-80 lewat penyelesaian dalam situasi kemelut.
Jika bukan karena beberapa penyelamatan penting Emil Audero, skor akhir bisa saja lebih besar.
Evaluasi Besar Diperlukan: Jangan Hanya Syukuri Lolos
Meski hasil ini tidak memengaruhi kelolosan Indonesia ke ronde keempat, kekalahan telak ini memunculkan pertanyaan besar soal kesiapan tim nasional di level atas Asia. Komentar warganet menyebut pertahanan Indonesia “lemah seperti sayap basah”, dan sorotan diarahkan pada ketimpangan kualitas lini tengah serta minimnya kreativitas serangan.
Solon Sihombing, yang menyaksikan laga bersama Wamenpora Taufiq Hidayat dan Direktur LPDUK Ferry Kono dalam acara nonton bareng di kantor Kemenpora, menyuarakan pentingnya langkah konkret:
“Kita lolos, iya. Tapi tidak bisa tutup mata dari kenyataan. Lini tengah dan depan masih banyak celah. Harus ada naturalisasi tambahan yang selektif dan dibarengi dengan pembinaan teknis jangka pendek. Kita tidak bisa berharap lolos ke Piala Dunia hanya dengan semangat,” tegas Solon.
Ia menambahkan, kekalahan ini seharusnya menjadi bahan evaluasi total, bukan sekadar disikapi dengan ungkapan “kita belajar dari kekalahan”.
Catatan Sejarah yang Membebani
Kekalahan ini memperpanjang rekor buruk Indonesia atas Jepang. Dari 17 pertemuan sejak 1954, Indonesia hanya menang lima kali—terakhir terjadi dalam laga uji coba pada 1981. Dalam tiga laga terakhir sejak 2024, Indonesia selalu kalah dengan skor besar: 3-1, 4-0, dan kini 6-0.
Susunan Pemain
Jepang: Keisuke Osako; Kota Takai, Ryoya Morishita (Mao Hosoya 69'), Ayumu Seko; Kaishu Sano, Wataru Endo, Takefusa Kubo, Shunsuke Mito (Kodai Sano 61'), Daichi Kamada (Keito Nakamura 46'); Shuto Machino (Kota Tawaratsumida 69'), Junnosuke Suzuki.
Indonesia: Emil Audero; Mees Hilgers, Jay Idzes, Justin Hubner; Kevin Diks (Yakob Sayuri 26' / Marselino Ferdinan 42'), Thom Haye, Joey Pelupessy (Stefano Lilipaly 60'), Dean James (Shayne Pattynama 59'); Beckham Putra (Ricky Kambuaya 46'), Ole Romeny, Yance Sayuri (Red)
Catatan Akhir: Ujian Sebenarnya Dimulai Oktober
Ronde keempat yang dimulai awal oktober mendatang akan mempertemukan Indonesia dengan tim-tim level satu Asia seperti Irak, Qatar, dan Australia. Jika tak ada revolusi permainan dan perbaikan struktural—termasuk soal seleksi pemain, sistem taktik, dan kerja sama antar lini—maka harapan tampil di Piala Dunia 2026 bisa menjadi utopia belaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar