CNews - SIMALUNGUN — Belasan kilometer jalan penghubung utama di Kecamatan Raya Kahean, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, rusak parah bak kubangan kerbau dan telah menjadi derita bertahun-tahun bagi masyarakat setempat. Hingga kini, kerusakan tersebut belum mendapatkan penanganan memadai dari pemerintah, baik di tingkat kabupaten maupun provinsi.
Pantauan tim media pada Sabtu, 7 Juni 2025, sekitar pukul 09.30 WIB, jalanan tersebut tampak digenangi lumpur dan lubang-lubang besar. Jalur ini merupakan akses vital bagi warga untuk mobilitas harian, transportasi hasil pertanian, hingga distribusi kebutuhan pokok.
Seorang warga setempat yang setiap hari melintasi jalan tersebut, berinisial Pj, mengaku sangat kecewa atas lambannya perhatian pemerintah terhadap kondisi infrastruktur di daerahnya.
“Kami seakan-akan dilupakan. Bertahun-tahun jalan ini rusak parah, sudah seperti kolam kerbau. Tolonglah pemerintah turun tangan,” ujarnya dengan nada geram.
Keluhan serupa juga disampaikan oleh Herman (40), seorang sopir truk pengangkut kelapa sawit. Ia menyebut bahwa kondisi jalan yang rusak tidak hanya menghambat ekonomi masyarakat, tetapi juga sering menyebabkan kerusakan kendaraan dan membahayakan keselamatan pengguna jalan.
“Truk kami sering terperosok. Sawit jadi telat sampai ke pabrik. Rugi besar kami, tapi tidak ada perhatian nyata dari pemerintah,” ungkapnya kepada wartawan.
Situasi ini menjadi ironi di tengah semangat pembangunan dan pemerataan infrastruktur yang sering digembar-gemborkan oleh para pemangku kebijakan. Masyarakat berharap Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi—dan khususnya Bupati Simalungun, Dr. H. Anton Achmad, SE, MM, bersama Kepala Dinas PU Kabupaten Simalungun—tidak menutup mata terhadap penderitaan warga Raya Kahean.
“Kami juga bagian dari Indonesia. Jangan biarkan pembangunan hanya menyentuh kota. Kemerdekaan harus dirasakan juga oleh kami di pedalaman,” tegas Herman.
Kondisi ini mendesak penanganan cepat dan terencana. Warga menantikan langkah konkret, bukan hanya janji politik, agar akses ekonomi dan sosial mereka kembali normal. Jika terus dibiarkan, kerusakan jalan ini bukan hanya menjadi beban ekonomi, tetapi juga mencerminkan ketimpangan pembangunan yang masih nyata di bumi Simalungun.
(Tim Red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar