CNews - Nabire, Papua Tengah – Sebanyak 11 narapidana berhasil melarikan diri dari Lapas Kelas IIB Nabire, Papua Tengah, dalam sebuah insiden yang mengejutkan dan menyoroti lemahnya sistem pengamanan lembaga pemasyarakatan (lapas) di kawasan rawan konflik.
Informasi yang diperoleh dari Ketua LSM Wadah Generasi Anak Bangsa (WGAB) Papua, Yerry Basri Mak, S.H., M.H., menyebutkan bahwa dalam insiden pelarian tersebut, sejumlah petugas lapas mengalami luka akibat diserang oleh para narapidana yang kabur, yang diduga kuat merupakan anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
“Ini bukan kejadian biasa. Jika benar yang kabur adalah anggota KKB, maka ini bukan sekadar kelalaian, tapi ancaman serius terhadap keamanan nasional. Kami minta Kementerian Hukum dan HAM RI melakukan audit menyeluruh,” tegas Yerry Basri dalam pernyataan resminya, Senin (3/6).
Desak Petugas Lapas Dipersenjatai
Yerry Basri juga mendesak agar seluruh petugas lapas di Indonesia, terutama di wilayah rawan seperti Papua, dilengkapi dengan senjata dan pelatihan taktis untuk mengantisipasi pelarian maupun serangan dari napi berisiko tinggi.
“Petugas lapas kita seperti dibiarkan bertugas tanpa alat perlindungan yang memadai. Sudah saatnya negara hadir dengan memberikan mereka perlengkapan yang sesuai dengan risiko pekerjaan,” tambahnya.
Menurut Yerry, lembaga pemasyarakatan di Papua tidak bisa diperlakukan seperti lapas-lapas di daerah aman. Ada konteks geopolitik dan keamanan yang berbeda, terutama ketika napi yang ditahan berkaitan dengan gerakan separatis bersenjata.
Tuntut Evaluasi dan Reformasi Total Lapas
Sebagai aktivis HAM dan ketua LSM yang aktif mengadvokasi isu-isu keadilan dan keamanan di Papua, Yerry Basri menuntut agar Kementerian Hukum dan HAM:
Melakukan audit personel dan sistem pengamanan Lapas Nabire.
Memastikan penindakan hukum terhadap pelaku pelarian dan pihak internal yang lalai.
Segera mengirim tim khusus untuk menangkap kembali napi yang kabur.
Mengklasifikasikan napi risiko tinggi untuk ditempatkan di lapas dengan sistem pengamanan maksimal.
Perlu Respons Negara yang Serius
Insiden ini menggarisbawahi fakta bahwa lembaga pemasyarakatan bukan hanya tempat pembinaan, tetapi juga titik rawan keamanan nasional, khususnya ketika napi yang ditahan memiliki keterkaitan dengan gerakan bersenjata seperti KKB.
“Jika kita terus menyepelekan sistem keamanan di lapas, bukan tidak mungkin hal seperti ini akan terulang bahkan meluas. Negara tak boleh lengah,” tutup Yerry Basri.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari Kanwil Kemenkumham Papua maupun Ditjen Pemasyarakatan mengenai identitas narapidana yang kabur dan status penanganannya. ( YB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar