Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan


Indonesia Diambang Ancaman Megathrust: 13 Zona Aktif, BMKG Desak Mitigasi Nasional Terpadu

Rabu, 21 Mei 2025 | Rabu, Mei 21, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-05-21T16:42:27Z


CNews - Sumut - Jakarta | Beberapa bulan lalu, pada Februari 2025, peringatan serius kembali digaungkan: Indonesia berada di ambang ancaman bencana geologi berskala besar. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengonfirmasi bahwa tanah air kini berada di atas 13 segmen megathrust aktif yang membentang dari barat hingga timur nusantara—tiap segmen menyimpan potensi gempa dahsyat dengan magnitudo hingga 9,2, cukup untuk meluluhlantakkan wilayah padat penduduk dan fasilitas strategis nasional.


Peringatan itu disampaikan dalam webinar nasional bertajuk “Resolusi 2025: Mitigasi Bencana Geologi” yang disiarkan oleh kanal YouTube Teknik Geofisika ITS. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menegaskan bahwa tren aktivitas tektonik di Indonesia menunjukkan peningkatan signifikan dan konsisten, menuntut kesiapsiagaan total, bukan sekadar formalitas kebijakan.


"Kita tidak bisa menunggu hingga bencana terjadi. Mitigasi harus bersifat antisipatif, sistematis, dan terintegrasi lintas sektor. Ini soal menyelamatkan nyawa," tegas Dwikorita.

 

Peta Ancaman: 13 Segmen Megathrust Berisiko Tinggi


  1. Mentawai-Pagai – Potensi M8,9
  2. Enggano – Potensi M8,4
  3. Selat Sunda – Potensi M8,7
  4. Jawa Barat – Jawa Tengah – Potensi M8,7
  5. Jawa Timur – Potensi M8,7
  6. Sumba – Potensi M8,5
  7. Aceh – Andaman – Potensi M9,2 (terbesar dan berpotensi paling mematikan)
  8. Nias – Simeulue – Potensi M8,7
  9. Batu – Potensi M7,8
  10. Mentawai – Siberut – Potensi M8,9
  11. Sulawesi Utara – Potensi M8,5
  12. Dekat Perbatasan Filipina-Indonesia – Potensi M8,2
  13. Papua – Potensi M8,7

Sistem Deteksi: Tak Cukup Hanya Teknologi


BMKG mengakui bahwa Indonesia telah memperluas jaringan seismograf dan sistem pemantauan real-time. Namun, deteksi dini hanya akan efektif bila diimbangi dengan literasi bencana dan kesiapan sosial.


"Kami mendorong pelibatan aktif lembaga pendidikan, tokoh masyarakat, dan pemerintah daerah. Sistem yang canggih tidak akan berarti tanpa respons masyarakat yang cepat, tepat, dan sadar risiko," kata Dwikorita.

 

Strategi Mitigasi: Pendekatan Geohidrometeorologi Terpadu


BMKG juga mencatat bahwa selain potensi gempa dan tsunami, Indonesia kini menghadapi intensifikasi bencana hidrometeorologi seperti banjir bandang, longsor, dan kekeringan ekstrem akibat perubahan iklim. Solusinya, menurut BMKG, bukan pendekatan sektoral, melainkan kebijakan mitigasi berbasis "geohidrometeorologi terpadu"—yakni integrasi antara ilmu kebumian, cuaca ekstrem, dan manajemen bencana lintas disiplin.


Kekuatan Nasional: Ilmu, Ketangguhan Sosial, dan Doa


Sebagai negara yang berada di pusat Cincin Api Pasifik, Indonesia dituntut membangun budaya siaga, bukan sekadar peringatan simbolik. Dibutuhkan konsolidasi nasional—dari kebijakan, sumber daya, hingga kesadaran warga.


"Kita adalah bangsa yang menjunjung tinggi iman, tapi juga ilmu. Mitigasi adalah bentuk nyata rasa syukur kita kepada Tuhan. Doa dan kesiapsiagaan harus berjalan seiring," pungkas Dwikorita.

 ( Reporter Taufik H) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Berita Terbaru Update