CNews - Jakarta, 28 Mei 2025 — Ketua Umum Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB) Jaya, Hercules Rosario Marshal, akhirnya menemui langsung mantan Kepala BIN dan eks Pangdam Jaya, Jenderal TNI (Purn) Sutiyoso, untuk menyampaikan permintaan maaf atas pernyataan kontroversial yang sebelumnya sempat menyinggung perasaan sang jenderal.
Pertemuan berlangsung di kediaman pribadi Sutiyoso di kawasan Cibubur, Jakarta Timur, Rabu siang. Dalam suasana tertutup namun hangat, Hercules menyampaikan maaf secara adat Timor Leste, ditandai dengan penyerahan tais — kain adat khas Timor yang sarat makna perdamaian dan penghormatan.
“Saya datang dengan hati terbuka. Kain ini lambang penghormatan kami, karena saya anggap Bapak sebagai orang tua, sebagai guru perjuangan kami. Kami ini dibentuk oleh baret merah, diajarkan loyalitas dan komitmen,” ujar Hercules dalam pernyataan tertulis, Rabu (28/5).
Permintaan maaf itu, ditegaskan Hercules, lahir tanpa paksaan, dan murni sebagai bentuk tanggung jawab moral dan rasa hormat kepada senior yang membentuk mentalitasnya sejak masa-masa konflik Timor Timur.
Sikap Sutiyoso: Pemaafan Sebagai Pilihan Pemimpin
Ditemui usai pertemuan, Sutiyoso menyatakan bahwa dirinya tak menyimpan sakit hati sedikit pun atas ucapan Hercules yang sempat viral. Bagi mantan Danjen Kopassus ini, hubungan emosional yang telah terjalin puluhan tahun tak bisa dihapus oleh satu kesalahan lisan.
“Saya ini militer, tidak sentimental. Kalau Hercules salah bicara, ya saya maklumi. Dia itu sudah saya anggap adik, bahkan seperti anak sendiri. Jadi kalau dia datang minta maaf, apalagi sudah sampaikan di media, buat saya itu sikap ksatria,” ujar Sutiyoso.
Jejak Perjuangan Bersama di Timor Timur
Tak banyak yang tahu, hubungan Sutiyoso dan Hercules bukan semata antara senior dan junior, tetapi dibangun dari medan operasi militer yang keras dan berdarah: Timor Timur di era 1980-an. Saat itu, Hercules dan sejumlah pemuda lokal, termasuk Erico Gutteres, bergabung sebagai Tenaga Bantuan Operasi (TBO) mendampingi pasukan elit Kopassus dalam menumpas gerakan separatis FRETILIN.
“Saya masih ingat masa-masa itu. Kita berjuang sama-sama, menghadapi medan tempur, kehilangan teman. Ikatan yang lahir di medan seperti itu tak bisa digantikan. Maka saya tahu, ini bukan soal politik, tapi soal kesadaran sejarah,” tutur Bang Yos.
Rekonsiliasi yang Melampaui Konflik Pribadi
Pertemuan diakhiri dengan suasana penuh keakraban. Sutiyoso menjamu Hercules dan rombongan GRIB Jaya dalam suasana santai, bahkan sempat membawa mereka mengelilingi kebun binatang mini di halaman rumahnya dengan mengendarai gokart — sebuah simbol kuat bahwa ketegangan telah reda dan hubungan personal telah pulih.
Yang turut hadir dalam pertemuan tersebut antara lain:
- Erico Gutteres, Ketua Forum Komunikasi Pejuang Timor-Timur (FKPT)
- Marcel Gual, Kabid Media DPP GRIB Jaya
- Junior, Wakabid OKK
- Marcelino M. Ximenes, Panglima GRIB Jaya
Catatan Eksklusif: Simbol Adat, Loyalitas Lama, dan Makna Ksatria
Penggunaan kain tais Timor dalam pertemuan ini bukan sekadar seremonial. Dalam budaya Timor, penyerahan kain tersebut menandai pengakuan salah secara terbuka dan niat tulus untuk memulihkan hubungan sosial. Sutiyoso yang menerima tanpa syarat menegaskan bahwa ikatan militer dan darah perjuangan jauh lebih kuat dari dinamika politik sesaat.
Pertemuan ini menjadi momen langka dan strategis — dua figur keras dari latar berbeda menanggalkan ego untuk merawat tali sejarah dan loyalitas lama. ( Tim - Red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar