CNEWS – JAKARTA – Indonesia, dengan kekayaan sumber daya alamnya yang melimpah, terus meneguhkan posisinya sebagai salah satu negara terpenting di dunia. Pendiri Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute, R. Haidar Alwi, kembali menegaskan bahwa Indonesia tak hanya menjadi pusat kekayaan mineral dunia, tetapi juga memiliki posisi spiritual yang strategis sebagai "Gerbang Emas Dunia".
Pernyataan Haidar ini berangkat dari sebuah peta simbolis bertajuk "World Wide Watch: Surrounding the Throne of the King from the Ends of the Earth", yang menempatkan Indonesia dalam zona Golden Gate. Dalam tradisi Yudeo-Kristen, Golden Gate melambangkan kemuliaan dan kedatangan Mesias, mengisyaratkan bahwa Indonesia memainkan peran penting, baik secara spiritual maupun material, dalam tatanan global.
"Indonesia bukan hanya kaya secara sumber daya, tetapi juga secara spiritual. Kita harus sadar, tanggung jawab kita lebih besar, yakni mengelola anugerah ini untuk kesejahteraan bersama," tegas Haidar Alwi.
Emas Indonesia: Pilar Kemuliaan Dunia
Indonesia saat ini tercatat sebagai salah satu produsen emas terbesar di dunia. Tambang Grasberg di Papua yang dikelola PT Freeport Indonesia menjadi penyumbang utama, menghasilkan sekitar 1,8 juta ons emas setiap tahunnya. Selain itu, tambang Tujuh Bukit di Banyuwangi dan Martabe di Sumatera Utara juga menjadi kekuatan produksi emas global.
Kekayaan ini mempertegas posisi Indonesia sebagai Golden Gate yang bukan hanya bersifat simbolis, tetapi nyata. Haidar Alwi menilai, dengan pengelolaan yang tepat, emas Indonesia mampu menjadi motor penggerak ekonomi nasional sekaligus memperkuat ketahanan ekonomi global.
NTB dan NTT: Pusat Pertambangan Emas Masa Depan
Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), melalui Tambang Batu Hijau, membuktikan potensi besar wilayah ini dalam industri pertambangan. Pada 2023, Batu Hijau mencatat produksi sebesar 7,5 ton emas dengan cadangan mencapai 3,5 juta ons. Selain itu, Proyek Onto di Sumbawa diperkirakan menyimpan 2 miliar ton bijih emas dan tembaga, berpotensi menjadi salah satu tambang terbesar di Asia Tenggara.
Tak hanya NTB, Nusa Tenggara Timur (NTT) juga menyimpan harta karun serupa. Proyek Miwah di Pulau Sumba memperkirakan cadangan emas sebesar 3,1 juta ons. Sementara di Lembata dan Timor Tengah Selatan, potensi emas terus ditemukan meskipun masih dalam skala kecil.
"NTB dan NTT memiliki masa depan emas. Namun, pengelolaannya harus berkelanjutan dan inklusif, dengan melibatkan masyarakat lokal di setiap tahapnya," tegas Haidar Alwi.
Prioritaskan Pengelolaan Berkelanjutan
Haidar Alwi menekankan bahwa Indonesia harus belajar dari pengalaman masa lalu: menghindari eksploitasi berlebihan dan memastikan kesejahteraan masyarakat lokal. Ia mendorong penyederhanaan perizinan bagi Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) dan Izin Pertambangan Rakyat (IPR) untuk memperkuat basis ekonomi masyarakat di sekitar tambang
.
"Penyederhanaan izin akan menekan pertambangan ilegal dan memberi ruang bagi rakyat untuk mendapatkan haknya secara adil. Ini adalah cara kita menciptakan pembangunan ekonomi yang berkeadilan," paparnya.
Selain itu, pentingnya pelatihan dan pendidikan teknik pertambangan yang ramah lingkungan menjadi fokus utama. Dengan meningkatkan kapasitas SDM lokal, dampak negatif terhadap lingkungan dapat diminimalisir, sekaligus meningkatkan produktivitas.
Wilayah Lain dengan Potensi Emas Besar
Selain NTB dan NTT, Haidar Alwi menggarisbawahi beberapa wilayah strategis lainnya:
- Papua (Grasberg),
- Sumatera (Martabe),
- Sulawesi (Toka Tindung, Gosowong),
- Kalimantan (Kasongan Bumi Kencana),
- Maluku, dan
- Jawa (Pongkor, Tujuh Bukit).
Pengelolaan emas di wilayah-wilayah ini, menurut Haidar, harus memperhatikan aspek sosial, lingkungan, dan kesejahteraan rakyat
.
Menuju Indonesia yang Sejahtera dan Bermartabat
Haidar Alwi optimistis Indonesia mampu menjadi negara pengelola emas terbaik di dunia jika prinsip keberlanjutan, inklusivitas, dan keadilan sosial terus dikedepankan.
"Kekayaan emas ini bukan hanya untuk masa kini, tetapi warisan untuk anak cucu kita. Pembangunan ekonomi sejati dimulai dari pengelolaan sumber daya alam yang adil, bijaksana, dan berorientasi jangka panjang," tutup Haidar Alwi penuh keyakinan.
(CNEWS | Laporan Khusus SDA dan Pembangunan Berkelanjutan Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar