![]() |
Ilustrasi penampakan wujud makhluk astral di PTPN IV Laras Kabupaten Simalungun - Sumut |
CNEWS - SIMALUNGUN – Kisah mistis menyelimuti lahan bekas makam leluhur yang diduga dihancurkan untuk perluasan perkebunan kelapa sawit PTPN IV Kebun Laras, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Warga setempat mengaku mengalami kejadian ganjil setelah ribuan makam diratakan, sementara lahan sekitar 500 hektar yang dikelola oleh Kelompok Tani Mekar Jaya diklaim telah dirampas oleh perusahaan.
Gangguan Misterius di Bekas Makam
Sejak penghancuran makam, sejumlah warga mengaku mengalami kejadian aneh, seperti mimpi bertemu sosok misterius dan suara-suara tanpa asal. Satam JM, seorang pembina kelompok tani, kerap bermimpi didatangi pria tua berusia sekitar 80 tahun dengan wajah sendu, yang meminta agar makam dan tanah leluhur mereka dikembalikan.
“Sosok itu menangis dan berkata, ‘Nak, tolong bebaskan lahan dan makam kami agar tetap terjaga,’” ujar Satam dengan nada emosional.
Selain itu, Satam juga sering mendengar suara perempuan samar-samar memanggil namanya dalam mimpi. “Sataaaam... Sataaaam.....Sataaaam...” Suara itu terdengar tiga kali sebelum menghilang. Ia meyakini bahwa suara tersebut berasal dari arwah leluhur yang terusir akibat penghancuran makam.
Harimau Jadi-jadian dan Arwah Leluhur
Seorang aktivis spiritual yang memiliki penglihatan mata batin mengungkapkan bahwa dirinya melihat sosok harimau jadi-jadian mengelilingi kawasan tersebut. Ia percaya bahwa makhluk ini adalah penjaga gaib yang selalu mengawasi kampung dan lahan adat.
“Saya melihat harimau gaib itu berjalan mengitari daerah ini. Ia seolah sedang menjaga sesuatu, mungkin ini adalah pertanda bahwa tanah ini memang memiliki nilai sakral,” ujarnya.
Sementara itu, seorang individu yang mengaku memiliki kemampuan indigo turut memberikan kesaksian mengejutkan. Ia mengaku merasakan kehadiran makhluk astral yang merintih penuh penderitaan akibat perampasan tanah dan penghancuran makam mereka.
“Kalau kalian bisa melihat apa yang saya lihat, kalian pasti akan meneteskan air mata. Mereka menangis, tidak hanya karena dosa mereka, tetapi juga karena tanah yang seharusnya diwariskan kini telah dirampas. Keserakahan manusia membuat arwah-arwah ini tidak tenang,” ungkapnya.
Sosok Noni Belanda Muncul di Tengah Kebun Sawit
Kesaksian mistis semakin diperkuat ketika seorang jurnalis yang melakukan investigasi di lokasi mengaku melihat sosok perempuan berpakaian putih panjang ala Noni Belanda dengan wajah khas Tionghoa. Perempuan itu berdiri di antara pepohonan sawit, menatap dengan pandangan pilu seolah ingin menyampaikan sesuatu.
“Bang Satam, itu siapa perempuan yang menatapmu? Sepertinya ia ingin bicara denganmu,” tanya sang jurnalis.
Dalam suasana mencekam di tengah reruntuhan makam, Satam berteriak dengan penuh emosi, “Kejam sekali mereka ini! Pak Presiden Prabowo, tolong dengarkan suara kami. Direksi dan manajer PTPN IV Laras hanya memikirkan keuntungan pribadi. Mereka harus segera ditindak!”
Tanah Leluhur yang Dipertahankan Sejak 1942
Ketua Kelompok Tani Mekar Jaya, Senen, menegaskan bahwa lahan tersebut telah dikelola turun-temurun sejak 1942 dan merupakan bekas peninggalan kolonial Belanda. Sejumlah dokumen resmi menunjukkan bahwa warga memiliki dasar hukum untuk menggarap lahan itu. Namun, PTPN IV tetap mengklaimnya dengan dalih Hak Pengelolaan Hutan (HPH).
“Leluhur kami seakan merintih meminta keturunan mereka untuk segera mengambil kembali hak atas tanah ini,” ujar Senen.
Pihak PTPN IV Bungkam
Saat awak media mencoba mengonfirmasi ke Kantor Direksi PTPN IV di Medan, pihak keamanan menyatakan bahwa direktur tidak berada di tempat. Sementara itu, saat dihubungi, Humas PTPN IV, Bobi, juga belum memberikan tanggapan dan hanya menyarankan untuk datang kembali keesokan harinya.
Hingga berita ini diturunkan, pihak PTPN IV Kebun Laras belum memberikan klarifikasi terkait tuduhan yang dilayangkan oleh masyarakat.
Misteri dan kisah mistis di bekas makam leluhur ini semakin menambah suasana kelam dalam konflik lahan yang belum terselesaikan. Benarkah arwah para leluhur benar-benar marah, atau ini hanya refleksi dari ketidakadilan yang dirasakan warga?
(Tim CNews)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar