Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

HKTI Resmi Bersatu Setelah 15 Tahun Terbelah: Sudaryono Terpilih Aklamasi, Petani Indonesia Menang

Jumat, 27 Juni 2025 | Jumat, Juni 27, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-06-27T14:18:27Z

 


CNews, Jakarta — Sejarah baru tercipta dalam dunia pergerakan petani Indonesia. Setelah lebih dari 15 tahun mengalami dualisme kepemimpinan, Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) akhirnya resmi bersatu dalam satu komando. Momentum penyatuan ini diputuskan secara bulat dalam Musyawarah Nasional (Munas X) dan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) HKTI yang digelar di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis, 26 Juni 2025.



Secara aklamasi, Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono terpilih sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) HKTI periode 2025–2030. Terpilihnya Sudaryono menjadi simbol berakhirnya konflik internal yang selama ini menghambat soliditas organisasi tani terbesar di Indonesia.


“Alhamdulillah, per saya berdiri di sini, dua kubu HKTI — baik Pak Moeldoko maupun Pak Fadli Zon — telah melebur menjadi satu. Dualisme kita sudahi per hari ini. Ini gaspol, rem blong, kita langsung kerja,” tegas Sudaryono dengan nada optimistis dalam pidato kemenangannya.

 

Penyatuan Lewat Dialog, Bukan Ego


Sudaryono menyatakan bahwa penyatuan dua kubu HKTI terjadi melalui pendekatan dialog dan kesadaran kolektif untuk meletakkan kepentingan petani di atas ego politik. Ia juga menyampaikan bahwa struktur organisasi ke depan akan mengakomodir kedua kubu secara proporsional.


“Saya akan bangun struktur organisasi inklusif yang merekatkan semua kekuatan lama. Tidak ada yang ditinggalkan. Ini momentum besar untuk kebangkitan petani Indonesia,” ujarnya.

 

Solon Sihombing: HKTI Bangkit, HKTI Bersatu!


Wakil Bendahara Umum DPN HKTI demisioner sekaligus jurnalis senior, termaksud Pengurus Kadin Pusat.Bidang ketahanan nasional dan mitigasi resiko serta Pembina dari media CNEWS Solon Sihombing, menyambut bersatunya HKTI sebagai momentum strategis yang telah lama dinanti oleh para pejuang petani di seluruh Indonesia.


“Alhamdulillah, praise the Lord. Setelah 15 tahun, akhirnya kita bersatu! HKTI bangkit! HKTI bersatu! Ini adalah fondasi baru bagi perjuangan sejati petani Indonesia,” ungkapnya kepada CNews dengan penuh haru.

 

Solon menegaskan bahwa HKTI pasca-rekonsiliasi harus tampil sebagai organisasi modern yang tidak sekadar simbolik, melainkan hadir langsung di tengah persoalan riil petani: ketimpangan lahan, ancaman impor pangan, serta ketidakadilan akses pupuk dan modal.

.

Akhir Dualisme, Awal Konsolidasi Gerakan Tani Nasional


Sejak perpecahan terjadi pada 2009, HKTI terbelah menjadi dua kubu besar. Kondisi ini melemahkan posisi strategis organisasi di tingkat nasional dan menjadikan aspirasi petani kerap terfragmentasi. Penyatuan yang kini terwujud menjadi penanda awal konsolidasi kekuatan politik dan sosial petani dalam menghadapi tantangan global seperti krisis pangan, perubahan iklim, dan liberalisasi pertanian.


"Ini bukan akhir, ini awal. HKTI bersatu adalah simbol kembalinya kekuatan rakyat tani sebagai subjek pembangunan nasional,” ujar seorang peserta Munas dari DPD Jawa Timur.

 

Menuju HKTI yang Inklusif, Digital, dan Berdaya Saing


Munas X juga menyoroti kebutuhan untuk melakukan reformasi internal dan modernisasi organisasi. Hal ini meliputi digitalisasi layanan petani, transformasi sistem pelatihan dan penyuluhan, hingga kolaborasi lintas sektor dengan dunia usaha dan pemerintah.


Sudaryono menargetkan HKTI menjadi mitra strategis pemerintah dalam merealisasikan program kedaulatan pangan dan reforma agraria sejati.


Simbol Kemenangan Petani Indonesia


Bersatunya HKTI setelah 15 tahun perpecahan bukan hanya kemenangan organisasi, tetapi kemenangan moral dan politik bagi petani Indonesia. Di tengah ketidakpastian global dan tekanan ekonomi, petani kini kembali memiliki wadah perjuangan yang solid, sah, dan profesional.


"Organisasi ini bukan lagi milik elit. Ini rumah besar petani dari Aceh sampai Papua. Kita bangkit dan bersatu untuk masa depan pangan Indonesia yang berdaulat,” pungkas Sudaryono.

 ( Tim - Red) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Berita Terbaru Update