Petani Dolok Masihul Serukan Tindakan Tegas Demi Kelestarian Lahan Pertanian
Serdang Bedagai, Sumatera Utara – Rencana besar Presiden Prabowo Subianto untuk mencapai swasembada pangan di Indonesia kini dihadapkan pada tantangan serius di lapangan. Di Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara, isu pencemaran limbah dari pabrik kelapa sawit (PKS) PT. Bersama Oesaha Saragih Sejahtera (BOSS) memicu keresahan para petani yang bergantung pada aliran Sungai Belutu sebagai sumber irigasi.
Dalam pidatonya pada 20 Oktober 2024, Presiden Prabowo menekankan pentingnya swasembada pangan dan energi untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada pasokan luar negeri, terutama di tengah krisis global. Namun, menurut laporan warga, pembuangan limbah dari PT. BOSS di Desa Bandar Maruhur, Kecamatan Silo Kahean, Kabupaten Simalungun, telah mengakibatkan pencemaran serius pada Sungai Belutu, yang menjadi sumber utama air irigasi di Dolok Masihul. Hal ini dikhawatirkan dapat mengancam sawah-sawah petani dan menghambat pencapaian swasembada pangan.
Petani Tuntut Kejelasan
Kelompok petani yang tergabung dalam Persatuan Petani Dolok Masihul (PPDM), yang mencakup sekitar 30 kelompok tani dari enam desa terdampak—Desa Kerapu, Tegal Sari, Pardomuan, Damai, Huta Nauli, dan Kelurahan Pekan Dolok Masihul—telah mengeluhkan dampak negatif pencemaran ini. A. Ginting, salah seorang petani,pernah mengungkapkan bahwa limbah dari PKS PT. BOSS telah mencemari sungai dan menyebabkan tanaman rusak, serta gagal tumbuh subur.
“Kami telah lama mengalami dampak pencemaran ini, dan lahan kami semakin kurang produktif,” kata A. Ginting. Sementara itu, warga lain, A.R. Lubis dari Desa Tegal Sari, Ak.Silitonga dan D.Sitorus menunjukkan bagaimana kondisi tanaman padi keluarganya yang layu dan tidak berkembang.Sementara itu,kami melihat beberapa kali perubahan warna air irigasi menjadi hitam pekat. Kondisi ini juga diakui Dedek, warga yang tinggal di tepi saluran irigasi, yang sering melihat air berwarna gelap melintas
Respons Perusahaan
Dalam sebuah percakapan dengan perwakilan perusahaan, Iwan dari PT. BOSS menjanjikan koordinasi lebih lanjut terkait keluhan pencemaran limbah tersebut. Namun, jawaban singkat ini belum memberikan kepastian kepada warga yang terus mengeluhkan kondisi air irigasi yang sering berwarna hitam pekat dan menimbulkan bau tak sedap.
Desakan untuk Tindakan Tegas
Masyarakat terdampak bersama dengan Tim Koalisi Pewarta, aktivis Lembaga Bantuan Hukum (LBH), dan sejumlah LSM, menyerukan agar pemerintah segera bertindak. Mereka menuntut PT. BOSS untuk menghentikan pembuangan limbah ke Sungai Belutu dan memprioritaskan keberlanjutan lahan pertanian lokal.
"Ini adalah masalah yang harus segera ditangani. Jika dibiarkan, pencemaran akan terus merusak lahan pertanian dan mengancam ketahanan pangan di wilayah ini," ujar seorang perwakilan koalisi yang turut memperjuangkan nasib para petani.
Ketahanan Pangan Butuh Perlindungan Lingkungan
Dampak pencemaran ini menjadi ujian nyata bagi komitmen pemerintah dalam mewujudkan visi swasembada pangan Presiden Prabowo. Para petani Dolok Masihul berharap bahwa komitmen pemerintah tidak hanya berupa janji, tetapi juga diikuti dengan tindakan nyata yang melindungi lingkungan dan keberlanjutan sumber daya alam yang menjadi dasar swasembada pangan. ( Ar - Red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar