Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Trump Bereaksi atas Pidato Kemenangan Zohran Mamdani: “...DAN INI DIMULAI!”

Kamis, 06 November 2025 | Kamis, November 06, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-11-06T00:22:44Z


Pesan Samar dari Gedung Putih Disinyalir Merespons Sindiran Langsung Wali Kota New York Terpilih


CNEWS | Washington – New York, Rabu (5/11/2025) — Presiden Amerika Serikat Donald Trump tampaknya memberikan respons tersirat terhadap pesan langsung yang disampaikan Wali Kota New York City terpilih, Zohran Mamdani, dalam pidato kemenangannya di Brooklyn.
Hanya beberapa menit setelah Mamdani menyebut namanya dengan nada menantang, Trump mengunggah pesan singkat dan samar melalui akun media sosial pribadinya, Truth Social:


“...DAN INI DIMULAI!”

Unggahan tengah malam itu sontak memicu spekulasi luas di media dan kalangan politik, apakah Trump sedang menyiapkan konfrontasi terbuka dengan wali kota baru yang dikenal sebagai sosialis Demokrat progresif pertama yang memimpin kota metropolitan terbesar di Amerika Serikat tersebut.


Pidato Kemenangan Penuh Sindiran: “Keraskan Volumenya, Trump”


Dalam pidato kemenangannya yang disampaikan di hadapan ribuan pendukung di Brooklyn, Zohran Mamdani, politikus imigran keturunan Uganda–India berusia 33 tahun, menyinggung nama Trump beberapa kali.
Pidato itu bukan hanya selebrasi politik, melainkan juga tantangan terbuka terhadap kekuasaan Trump yang kini kembali mendominasi politik nasional Amerika.


“Jika ada yang bisa menunjukkan kepada bangsa yang dikhianati Donald Trump bagaimana cara mengalahkannya, itu adalah kota yang melahirkannya,” kata Mamdani dengan sorakan panjang dari pendukungnya.

 

“Donald Trump, karena saya tahu Anda sedang memperhatikan, saya punya empat kata untuk Anda: Keraskan volumenya,” tambahnya.


Pidato tersebut segera viral, menembus jutaan tayangan dalam beberapa jam di platform X (Twitter) dan YouTube, menandai awal pertarungan politik simbolik antara Gedung Putih dan Balai Kota New York.


Trump Menyerang Balik: “Kota Akan Hancur di Tangan Komunis”


Selama masa kampanye, Trump memang menjadi pengkritik paling vokal terhadap Mamdani.
Dalam beberapa pernyataan publik, Trump menyebut Mamdani sebagai “komunis berbahaya” dan memperingatkan bahwa New York akan kehilangan pendanaan federal jika dipimpin oleh “radikal sayap kiri.”


Trump bahkan secara terbuka menyatakan dukungannya kepada mantan Gubernur New York Andrew Cuomo dalam upaya menggagalkan kemenangan Mamdani. Namun, dukungan itu gagal mengubah arah politik warga New York yang memilih perubahan progresif.


“Warga New York akan menyesal memilih seorang sosialis. Mereka akan melihat kehancuran ekonomi seperti San Francisco,” kata Trump dalam salah satu kampanye terakhirnya pekan lalu.

 

Mamdani: “Kami Tidak Takut pada Orang Lalim”


Dalam pidatonya, Mamdani menegaskan bahwa pemerintahannya akan berseberangan secara ideologis dengan kebijakan Trump.
Ia menyampaikan bahwa New York di bawah kepemimpinannya akan menjadi “kota perlawanan moral dan sosial” terhadap kebijakan federal yang dianggap menindas rakyat kecil.


“Untuk mendapatkan siapa pun dari kami, Anda harus melewati kami semuanya,” ujar Mamdani disambut gemuruh pendukungnya.

 

Mamdani juga menyoroti beberapa agenda utama yang dianggap bertolak belakang dengan agenda Trump, antara lain:


  • Menuntut pertanggungjawaban pemilik properti besar atas eksploitasi penyewa,
  • Mengakhiri “budaya korupsi” yang menguntungkan kelas miliarder,
  • Memperkuat hak-hak pekerja dan serikat buruh,
  • Menjadikan New York “kota imigran yang dipimpin oleh imigran.”

“New York akan tetap menjadi kota imigran — dibangun oleh imigran, didukung oleh imigran, dan mulai malam ini, dipimpin oleh seorang imigran,” ujar Mamdani dengan nada emosional.


Reaksi Gedung Putih dan Media Nasional: Awal ‘Duel Dua Dunia’

Pesan singkat Trump — “...DAN INI DIMULAI!” — yang diunggah tepat beberapa saat setelah pidato Mamdani, langsung menjadi trending di Amerika Serikat.
Media nasional seperti The Guardian, The Washington Post, dan The Express Tribune menyoroti momen tersebut sebagai sinyal perang politik dua arah antara Presiden AS dan Wali Kota New York yang baru.


Seorang analis politik dari Columbia University, Dr. Harold Stein, menilai interaksi itu bukan kebetulan.


“Trump tahu persis apa yang ia lakukan. Pesan singkat itu adalah deklarasi simbolik — bahwa ia siap berhadapan langsung dengan simbol oposisi baru yang lahir dari jantung kota kelahirannya sendiri,” ujar Stein.

 

Konflik Ideologi: Nasionalisme vs Progresivisme


Konfrontasi antara Trump dan Mamdani diprediksi akan menjadi poros baru pertarungan ideologis di Amerika menjelang pemilu paruh waktu 2026.
Trump mewakili nasionalisme konservatif dengan agenda “America First”, sedangkan Mamdani membawa narasi keadilan sosial, redistribusi ekonomi, dan hak imigran.


Para pengamat menilai, kemenangan Mamdani adalah simbol perubahan arah politik urban Amerika, di mana generasi muda dan komunitas imigran mulai merebut panggung kekuasaan dari elite lama.


“Trump menciptakan politik ketakutan, Mamdani menciptakan politik harapan,” ujar analis politik CNN, Vanessa O’Hara.

 

Cermin Politik Dunia: Dari New York ke Jakarta

Pertarungan ideologi antara Trump dan Mamdani menjadi refleksi global tentang tarik-menarik antara populisme kanan dan sosialisme progresif yang kini juga terasa di banyak negara, termasuk Indonesia.
Kemenangan Mamdani menunjukkan bahwa narasi keadilan ekonomi dan keberpihakan pada rakyat kecil tetap mampu menembus propaganda nasionalis ekstrem.


Catatan Redaksi CNEWS

Pesan samar “...DAN INI DIMULAI!” bukan sekadar postingan media sosial, tetapi kode politik pembuka babak baru dalam hubungan Gedung Putih dengan Balai Kota New York.
Pertarungan antara Donald Trump dan Zohran Mamdani bukan hanya tentang kekuasaan, melainkan tentang arah masa depan demokrasi Amerika: antara kapitalisme eksklusif dan sosialisme inklusif.

Publik dunia kini menanti — apakah Trump akan merespons dengan langkah konkret, atau justru memberi ruang bagi munculnya pemimpin generasi baru yang menantang dominasi politik lama Amerika Serikat.

(Tim Redaksi Internasional CNEWS | Washington – New York | Editor: RED/RI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Berita Terbaru Update