![]() |
| Poto: Ronny Pasla |
CNEWS, Jakarta — Dunia olahraga Indonesia berduka. Ronny Pasla, salah satu kiper terbaik yang pernah dimiliki Timnas Indonesia, meninggal dunia di Jakarta, Senin (24/11) dini hari. Kabar duka ini pertama kali disampaikan mantan striker Timnas, Dede Sulaiman, dan kemudian dibenarkan oleh eks penjaga gawang nasional, Hermansyah.
Ronny Pasla bukan sekadar mantan pemain tim nasional. Ia adalah ikon penjaga gawang Tanah Air — sosok yang pernah membuat gempar dunia ketika menepis penalti legenda Brasil, Pele, dalam laga uji coba melawan Santos pada 21 Juni 1972 di Stadion Utama Senayan.
Dari Tenis ke Sepak Bola: Perjalanan Tak Lazim Seorang Legenda
Lahir di Medan, 15 April 1947, dari keluarga berdarah Manado, Ronny sebenarnya lebih dulu menekuni olahraga tenis. Bahkan ia pernah terdaftar sebagai wakil Sumatera Utara untuk PON VII 1965, sebelum ajang tersebut dibatalkan.
Namun nasib berkata lain. Dorongan sang ayah, Felix Pasla, mengarahkan Ronny ke sepak bola. Ia kemudian bergabung dengan Dinamo Medan, klub yang menjadi pijakan awal lahirnya seorang penjaga gawang besar Indonesia.
Bintang PSMS yang Jadi Pilar Timnas di Banyak Generasi Pelatih
Ronny mengantar PSMS Medan menjuarai Piala Soeratin 1967, gelar yang kala itu menjadi milik bersama dengan Persija Jakarta. Prestasi itu mengantar namanya masuk radar pelatih Timnas Indonesia.
Pada usia 20 tahun, ia mendapat panggilan pertamanya dari pelatih Djamiat Dalhar, disusul kepercayaan dari pelatih-pelatih besar lain: Ernest Albert Mangindaan, Endang Witarsa, Suwardi Arlan, hingga Wiel Coerver.
Bertahan di Timnas pada banyak era pelatih menunjukkan satu hal: kualitas Ronny tidak tergantikan.
Prestasi Internasional yang Mengukuhkan Statusnya
Deretan pencapaian Ronny bersama Timnas antara lain:
- Juara Piala Aga Khan, Bangladesh (1967)
- Juara Merdeka Games, Kuala Lumpur (1967)
- Peringkat 3 Saigon Cup, Vietnam (1970)
- Juara Pesta Sukan, Singapura (1972)
Pada era itu, media nasional menjuluki Ronny sebagai “Lev Yashin Indonesia”, merujuk pada legenda Soviet yang dikenal sebagai kiper terbesar sepanjang masa.
Aksi yang Tak Terlupakan: Menepis Penalti Pele
Puncak karier Ronny yang paling abadi terjadi pada 21 Juni 1972, ketika Timnas Indonesia menghadapi Santos — klub yang diperkuat bintang dunia Pele.
Dalam pertandingan sengit tersebut, Santos mendominasi, tetapi Ronny tampil luar biasa. Momen bersejarah tercipta ketika tendangan penalti Pele berhasil ditepis dengan sempurna oleh Ronny Pasla. Hingga kini, aksi itu menjadi salah satu catatan paling monumental dalam sejarah sepak bola Indonesia.
Tiga tahun kemudian, ia kembali menjadi tokoh utama ketika Indonesia menahan imbang Manchester United 0-0 dalam laga uji coba pada 1975.
Sang “Macan Tutul” Indonesia
Ronny mendapatkan julukan “Macan Tutul” dari media dan suporter karena lompatannya yang tinggi, jauh, dan lincah — bak kucing besar yang siap menerkam bola di segala sudut.
Ia tetap tampil kompetitif hingga usia 40 tahun, sebelum akhirnya gantung sarung tangan pada 1987 setelah membela Indonesia Muda.
Kembali ke Cinta Pertama: Tenis
Selepas pensiun dari sepak bola, Ronny kembali ke dunia yang pertama kali membesarkannya: tenis. Ia mendirikan Velodrom Tennis School Jakarta, tempat ia melatih banyak atlet muda dan membaktikan hidupnya untuk pendidikan olahraga.
Warisan Besar Seorang Legenda
Kepergian Ronny Pasla adalah kehilangan besar bagi sepak bola Indonesia. Ia tidak hanya dikenang sebagai kiper yang menaklukkan penalti Pele, tetapi juga sebagai sosok disiplin, rendah hati, dan konsisten menjaga kehormatan Merah Putih selama hampir dua dekade.
Warisan perjuangan dan prestasinya akan menjadi inspirasi abadi bagi setiap penjaga gawang Indonesia. ( Tim/RI)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar