Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Aktivis Papua Soroti Banjir Bandang di Medan–Tapsel–Sibolga: “Stop Pembalakan Liar dan Tambang Ilegal Sebelum Bencana Lebih Besar Terjadi”

Sabtu, 29 November 2025 | Sabtu, November 29, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-11-29T05:04:19Z


CNEWS, PAPUA, MEDAN – TAPANULI SELATAN – SIBOLGA, Sabtu 29 November 2025. Gelombang banjir besar yang menerjang wilayah Medan, Tapanuli Selatan, dan Sibolga kembali memunculkan kenyataan pahit: derasnya arus tidak hanya membawa lumpur dan air, tetapi juga kayu-kayu gelondongan berukuran besar dari hulu. Fenomena ini semakin menguatkan dugaan kuat bahwa kerusakan hutan di sejumlah titik telah mencapai tingkat mengkhawatirkan.


Ketua LSM WGAB Papua, Yerry Basri Mak, SH MH, melalui pernyataannya kepada media, menegaskan bahwa banjir kali ini harus dibaca sebagai peringatan keras bagi seluruh pihak, terutama masyarakat dan pemerintah daerah di Sumatera Utara.


“Ini sinyal bahaya. Banjir besar yang membawa gelondongan kayu ini bukan sekadar musibah, tapi bukti nyata bahwa hutan kita sedang rusak parah. Pembalakan liar dan penambangan emas ilegal harus dihentikan sekarang juga,” tegas Yerry.

 

Menurutnya, curah hujan ekstrem yang terjadi beberapa hari terakhir seharusnya tidak langsung menimbulkan banjir bandang sebesar ini, jika kawasan hutan di hulu masih dalam kondisi utuh. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan sebaliknya: arus deras membawa kayu-kayu besar yang jelas berasal dari kawasan hutan yang digarap secara ilegal.


Seruan Keras: Stop Pembalakan Liar dan Tambang Ilegal


Sebagai aktivis lingkungan, Yerry menyampaikan bahwa kegiatan pembalakan liar dan tambang emas ilegal di hutan-hutan Sumatera Utara bukan hanya merusak ekosistem, tetapi juga mengancam keselamatan masyarakat di hilir.


“Saya meminta masyarakat dan semua pihak untuk stop pembalakan liar, stop tambang ilegal. Kita sedang merusak perlindungan alam yang menjaga kita. Kalau hujan turun deras, banjir bandang akan makin sering terjadi dan dampaknya akan makin mematikan,” ujarnya.

 

Yerry juga mendorong pemerintah pusat dan daerah untuk:


  • melakukan penegakan hukum tanpa kompromi terhadap perusak hutan,
  • menertibkan aktivitas illegal logging dan tambang emas ilegal di kawasan rawan,
  • membuka ruang kolaborasi dengan aktivis dan pemantau lingkungan,
  • serta melakukan rehabilitasi hutan kritis di wilayah Tapanuli dan pesisir Sibolga.


Banjir Gelondongan Harus Diusut Tuntas


Banjir yang membawa tumpukan kayu gelondongan, menurut Yerry, adalah bukti bahwa ada aktivitas terorganisir di kawasan hulu. Oleh sebab itu ia meminta aparat penegak hukum tidak menutup mata dan segera melakukan penyelidikan mendalam.


“Ini bukan hanya persoalan alam. Ada pihak-pihak yang mengambil keuntungan dari rusaknya hutan. Negara harus hadir, jangan sampai bencana menjadi komoditas bagi para perusak lingkungan,” tegasnya.

 

Banjir besar yang melanda Medan–Tapsel–Sibolga menjadi momentum refleksi bahwa kerusakan hutan bukan lagi isu lokal, tetapi ancaman nyata bagi keselamatan masyarakat. Seruan keras aktivis Papua ini mempertegas bahwa penyelamatan hutan adalah penyelamatan nyawa manusia. (YBM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Berita Terbaru Update