Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Berita Duka dan Refleksi untuk Bangsa: Kepergian Yurike Sanger, Istri ke-7 Bung Karno, di Usia 81 Tahun

Senin, 06 Oktober 2025 | Senin, Oktober 06, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-10-06T06:21:12Z

 



CNEWS | JAKARTA – Kabar duka datang dari California, Amerika Serikat. Yurike Marianne Sanger, istri ketujuh Proklamator dan Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, telah berpulang pada 17 September 2025 di San Gorgonio Hospital, California, setelah berjuang melawan kanker payudara.
Almarhumah meninggal dunia dalam usia 81 tahun, meninggalkan empat anak, empat menantu, 13 cucu, dan tiga cicit.



Putranya, Yudhi Sanger, melalui akun Instagram pribadinya @yudhisanger_adventure, mengumumkan bahwa jenazah ibunya diterbangkan dari Amerika Serikat dan tiba di Bandara Soekarno-Hatta pada Minggu, 5 Oktober 2025, pukul 15.30 WIB.
Jenazah kemudian disemayamkan di Rumah Duka Sentosa RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat, ruang E, F, dan G.


Rangkaian upacara penghormatan dilaksanakan sebagai berikut:


  • Ibadah Penghiburan: Minggu, 5 Oktober 2025, pukul 19.00 WIB di Rumah Duka Sentosa RSPAD
  • Ibadah Tutup Peti: Senin, 6 Oktober 2025, pukul 10.00–12.00 WIB
  • Pemakaman: Senin, 6 Oktober 2025, pukul 12.00–13.00 WIB di TPU Tanah Kusir, Blok Khusus Pahlawan Perintis Blad 5, Jakarta Selatan

Pemakaman di blok khusus pahlawan tersebut merupakan bentuk penghormatan negara terhadap sosok yang menjadi bagian dari sejarah kepemimpinan Bung Karno, simbol perjuangan bangsa dan kemanusiaan.


Cinta yang Tak Pernah Terputus

Yurike Sanger lahir di Manado, 22 Mei 1945, di tahun yang sama Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Ia bertemu Bung Karno di Istana Negara saat masih berusia remaja.
Kecerdasan, ketenangan, dan pesonanya yang khas membuat Bung Karno terpikat.


Pada 1964, di usia 19 tahun, Yurike resmi dinikahi oleh Bung Karno yang kala itu berusia 63 tahun. Dari pernikahan ini lahir seorang putra, Yudhi Sanger.


Yang menarik, Yurike adalah satu-satunya dari sembilan pendamping hidup Bung Karno yang tidak pernah diceraikan oleh Sang Proklamator.
Setelah peristiwa politik 1967 yang mengguncang nasib Bung Karno, Yurike memilih hidup sederhana, menjauh dari sorotan publik, dan menetap di Amerika Serikat bersama keluarganya.


Meski demikian, kecintaan dan penghormatannya terhadap tanah air tak pernah pudar. Ia beberapa kali hadir di Indonesia dalam momen kenegaraan, seperti peringatan Hari Kemerdekaan dan haul Bung Karno di Blitar, namun selalu tampil sederhana dan penuh wibawa.


Keteguhan Seorang Perempuan dalam Bayang Sejarah

Menurut pengamat internasional sekaligus jurnalis senior Solon Sihombing, kepergian Yurike Sanger merupakan kehilangan besar tidak hanya bagi keluarga, tetapi juga bagi bangsa Indonesia yang menghargai nilai-nilai perjuangan, cinta, dan pengabdian.


“Beliau dikenal sebagai sosok wanita yang tangguh dan berwibawa. Baru beberapa bulan yang lalu beliau pulang ke Indonesia. Sebagai pengagum Bung Karno — tokoh dunia yang sejajar dengan Josip Broz Tito dan Nelson Mandela — saya turut berduka dan berdoa agar almarhumah diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa,” ujar Solon Sihombing dalam pernyataannya kepada CNEWS.

 

Solon menilai, momen duka ini seharusnya menjadi refleksi bagi bangsa, terutama generasi muda Indonesia, agar tidak melupakan nilai-nilai perjuangan dan nasionalisme sejati yang diwariskan Bung Karno dan orang-orang di sekelilingnya.


“Pemakaman beliau bukan hanya peristiwa keluarga, tapi juga panggilan moral bagi bangsa. Di tengah tantangan zaman dan godaan materialisme, generasi Z dan milenial harus belajar dari semangat dan keteguhan para pendahulu,” tambah Solon.

 

Refleksi untuk Indonesia Emas 2045


Kepergian Yurike Sanger memberi ruang perenungan mendalam tentang makna perjuangan, keteguhan, dan pengabdian.
Nilai-nilai itu, kata Solon Sihombing, sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto dalam mewujudkan “Indonesia Emas 2045” — Indonesia yang kuat, berdaulat, dan berkarakter.


“Teladan para tokoh bangsa seperti Bung Karno dan sosok-sosok tangguh di sekelilingnya harus menjadi inspirasi moral bagi pembangunan karakter bangsa. Indonesia tidak hanya perlu cerdas, tapi juga berjiwa merdeka dan berkepribadian nasional,” ujar Solon menutup pesannya.


Selamat Jalan, Ibu Yurike Sanger

Kini, bangsa ini mengiringi kepergian Yurike Marianne Sanger dengan doa dan rasa hormat.
Perjalanan panjang hidupnya — dari Istana Negara hingga pengasingan di Amerika — adalah sejarah cinta dan keteguhan seorang perempuan Indonesia yang tetap setia menjaga kehormatan dan kenangan Bung Karno hingga akhir hayatnya.


“Selamat jalan, Ibu Yurike. Semoga damai abadi menyertai langkahmu. Terima kasih atas cinta dan ketulusan yang pernah engkau berikan untuk bangsa ini.”

(Am/RI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Berita Terbaru Update