![]() |
| Poto: Aktivis pemerhati dan perduli Papua Yerry Basri Mak SH., MH |
CNEWS | INTAN JAYA, PAPUA TENGAH — Gelombang kekerasan bersenjata kembali mengguncang tanah Papua. Seorang pekerja proyek jalan trans Papua, Anselmus Arfin (25), tewas ditembak kelompok kriminal bersenjata (KKB) pimpinan Daniel Aibon Kogoya pada Rabu (8/10/2025) sekitar pukul 10.20 WIT, di kawasan perbatasan Kampung Ndugusiga dan Bambu Kuning, Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah.
Insiden ini memicu kecaman keras dari berbagai kalangan, termasuk dari aktivis dan pemerhati Papua, Yerry Basri Mak, SH, MH, yang juga menjabat Ketua LSM WGAB Papua.
Ia menyerukan agar TNI dan Polri meningkatkan perlindungan terhadap pekerja proyek Trans Papua yang selama ini menjadi sasaran serangan kelompok bersenjata.
“Kami meminta aparat TNI dan Polri untuk menjaga dan melindungi para pekerja jalan trans Papua. Mereka adalah warga sipil yang berjuang membuka keterisolasian daerah, bukan pihak yang berkonflik. Serangan terhadap mereka adalah tindakan keji dan biadab,”
tegas Yerry Basri Mak kepada CNEWS, Kamis (9/10/2025).
Menurutnya, pembunuhan terhadap pekerja jalan trans di Intan Jaya merupakan bukti nyata lemahnya perlindungan di lapangan, padahal proyek tersebut merupakan infrastruktur vital yang menjadi urat nadi penghubung antarwilayah di Papua.
“Para pekerja ini sedang membangun akses jalan nasional agar Intan Jaya bisa terhubung dengan Nabire. Kalau jalan ini selesai, harga-harga barang bisa turun karena tak perlu lagi mengandalkan pesawat. Ini proyek untuk kesejahteraan rakyat Papua, bukan untuk kepentingan siapa pun,” ujarnya.
Penembakan Brutal di Tengah Pekerjaan
Korban Anselmus Arfin, karyawan PT TJP, diketahui sedang melakukan pengukuran jalan menggunakan alat berat bersama empat rekannya saat serangan terjadi. Tanpa peringatan, terdengar letusan senjata dari arah kiri jalan. Satu peluru menembus dada kiri korban hingga keluar di punggung.
“Tiba-tiba terdengar satu kali letusan tembakan dari arah kiri jalan yang mengenai dada kiri korban hingga tembus ke punggung,”
ungkap Kepala Operasi Damai Cartenz, Brigjen Pol Faizal Ramadhani, melalui keterangan resminya.
Rekan-rekan korban segera mengevakuasi korban ke RSUD Sugapa, namun nyawanya tak tertolong. Aparat keamanan kemudian langsung turun ke lokasi dan melakukan pengejaran terhadap kelompok pelaku.
Operasi Kejar dan Peningkatan Siaga
Aparat gabungan TNI dan Polri yang tergabung dalam Operasi Damai Cartenz memperketat patroli di sejumlah titik rawan. Pengamanan juga ditingkatkan di jalur logistik utama, serta di sekitar proyek pembangunan infrastruktur.
“Kami telah mengerahkan personel ke beberapa titik rawan untuk mengejar pelaku dan memastikan kegiatan proyek tidak terganggu. Negara tidak akan membiarkan teror menghambat pembangunan di Papua,”
tegas Brigjen Faizal Ramadhani.
Sementara itu, Wakil Kepala Operasi Damai Cartenz, Kombes Pol Adarma Sinaga, menegaskan timnya sedang menelusuri jaringan kelompok yang terlibat.
“Kami memperkuat pengamanan dan memantau pergerakan mereka di wilayah pegunungan. Fokus kami adalah keselamatan warga dan kelanjutan pembangunan,” ujarnya.
KKB Daniel Aibon Kogoya, Jaringan Teror yang Berulang
KKB pimpinan Daniel Aibon Kogoya disebut sebagai salah satu kelompok paling aktif dan berbahaya di wilayah Papua Tengah. Dalam dua tahun terakhir, kelompok ini terlibat dalam berbagai aksi penyerangan, termasuk pembakaran SMP Negeri Kiwirok di Pegunungan Bintang, penyerangan pos aparat di Distrik Mamba, dan pembunuhan dua tukang ojek di jalur Sugapa–Hitadipa.
“Kelompok ini berpindah-pindah di wilayah pegunungan, memanfaatkan kondisi geografis yang sulit dijangkau aparat. Mereka kerap melakukan serangan mendadak, lalu bersembunyi di daerah terpencil,”
ungkap sumber keamanan yang enggan disebutkan namanya.
Serangan terhadap pekerja sipil dianggap sebagai bagian dari strategi tekanan politik bersenjata, untuk menghambat pembangunan yang dianggap sebagai simbol kehadiran negara di Papua.
Negara Tidak Akan Mundur
Kepala Operasi Damai Cartenz menegaskan bahwa pemerintah pusat bersama aparat keamanan tetap berkomitmen melanjutkan pembangunan dan menjaga stabilitas Papua.
“Aksi kekerasan ini adalah pengkhianatan terhadap nilai kemanusiaan. Negara tidak akan mundur satu langkah pun. Kita akan terus hadir untuk masyarakat Papua,”
tegas Brigjen Faizal.
Ia juga memastikan seluruh langkah penegakan hukum dilakukan secara terukur dan sesuai prinsip hak asasi manusia, dengan fokus pada pelaku bersenjata, bukan warga sipil.
Misi Pembangunan di Bawah Bayang Teror
Proyek Trans Papua yang kini dikerjakan PT TJP di Intan Jaya merupakan bagian dari Program Strategis Nasional (PSN) yang dirancang untuk membuka isolasi pedalaman, menekan biaya logistik, dan menghubungkan wilayah ekonomi di Papua.
Namun, proyek ini kerap terhambat oleh aksi kekerasan bersenjata yang menargetkan pekerja dan sarana logistik.
Data CNEWS mencatat, sejak 2020 sedikitnya 21 pekerja infrastruktur sipil menjadi korban penembakan KKB di wilayah Papua Tengah dan Papua Pegunungan.
“Medan yang berat, ancaman keamanan, dan minimnya perlindungan membuat kontraktor kesulitan mendapatkan tenaga kerja lokal,” ujar seorang pejabat Pemkab Intan Jaya.
Analisis Keamanan: Pola Teror Politik dan Gangguan Ekonomi
Pengamat keamanan Papua, Dr. Markus Wenda, menilai bahwa pola kekerasan yang dilakukan KKB saat ini telah bergeser dari sekadar aksi perlawanan menjadi teror politik yang sistematis.
“KKB kini menargetkan warga sipil yang bekerja dalam proyek pembangunan. Tujuannya adalah menciptakan ketakutan sistemik dan memperlambat integrasi Papua dengan wilayah lain,” jelasnya.
Menurut Markus, selain mengancam keamanan, aksi ini juga menimbulkan dampak ekonomi besar. Banyak proyek tertunda, distribusi logistik terganggu, dan investor enggan masuk karena risiko tinggi.
Seruan Kemanusiaan dan Solidaritas
Aktivis Yerry Basri Mak kembali menegaskan pentingnya pendekatan kemanusiaan dan perlindungan sipil di lapangan.
“Setiap pekerja yang gugur adalah korban dari ketidakadilan dan ketidakamanan. Negara wajib memastikan mereka tidak mati sia-sia. Pembangunan harus terus berjalan, tapi nyawa manusia harus menjadi prioritas,” ujarnya.
Yerry juga mengajak seluruh elemen masyarakat Papua untuk tidak terprovokasi oleh kekerasan dan bersama menjaga keamanan daerah demi kemajuan bersama.
Catatan Redaksi
Insiden penembakan pekerja jalan di Intan Jaya kembali menjadi peringatan keras bahwa pembangunan Papua tak bisa dipisahkan dari agenda keamanan nasional dan rekonsiliasi sosial.
Aksi KKB bukan sekadar serangan bersenjata, melainkan ujian bagi negara dalam menegakkan keadilan, menghadirkan kesejahteraan, dan mempertahankan kedaulatan di ujung timur Indonesia.
Di balik setiap proyek Trans Papua, ada darah, keringat, dan nyawa yang berkorban — sebuah pengingat bahwa membangun Papua bukan hanya pekerjaan fisik, tetapi perjuangan kemanusiaan.
(Red CN| Laporan: Tim Papua )

Tidak ada komentar:
Posting Komentar