Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Salju di Hati Presiden Prabowo

Jumat, 01 Agustus 2025 | Jumat, Agustus 01, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-08-01T16:11:30Z


Refleksi Immanuel Ebenezer atas Kebesaran Jiwa Presiden Prabowo dalam Memberikan Amnesti dan Abolisi



CNEWS, Jakarta – Di tengah dinamika politik nasional yang kerap diwarnai dendam dan rivalitas tak berkesudahan, langkah Presiden Prabowo Subianto memberikan amnesti kepada Hasto Kristiyanto dan abolisi kepada Thomas Lembong menjadi sinyal moral yang kuat: bahwa kekuasaan sejati tak terletak pada kemampuan membalas, melainkan keberanian memaafkan.


Immanuel Ebenezer—sosok yang pernah berada di barisan oposisi terhadap Prabowo pada Pilpres 2014 dan 2019—kini angkat bicara sebagai Ketua Umum Prabowo Mania 08. Dalam pernyataan reflektifnya, Noel, sapaan akrabnya, menyebut tindakan Presiden Prabowo bukan semata keputusan politik atau kalkulasi kekuasaan, melainkan cerminan kedewasaan moral dan kenegarawanan yang langka.


“Ketika banyak pemimpin masih sibuk menghitung siapa kawan dan siapa lawan, Prabowo menunjukkan bahwa hati seorang pemimpin bisa seputih salju—bersih, tulus, dan lapang,” kata Noel.

 

Dari Tuduhan ke Pengampunan


Kasus Hasto Kristiyanto menjadi ilustrasi nyata. Pernyataannya yang mengaitkan Prabowo dengan dugaan "tamparan" terhadap Wakil Menteri sempat memantik gejolak dan menciptakan luka politik baru. Ucapan Hasto, “kalau tidak ada asap, tidak mungkin ada api,” secara tidak langsung memperkuat persepsi negatif terhadap Prabowo, meski faktanya belum pernah terkonfirmasi secara sah.


Namun alih-alih menempuh jalur hukum atau memperpanjang polemik, Prabowo justru mengambil jalan amnesti—sebuah keputusan yang diambil dengan kesadaran penuh bahwa bangsa ini butuh konsolidasi, bukan fragmentasi.


Hal serupa terjadi pada Thomas Lembong. Tuduhan korupsi impor gula yang sebelumnya dikaitkan dengan lingkaran kekuasaan membuat Tom Lembong menjadi sasaran sorotan publik. Meski banyak yang memandang kasus itu sebagai kesempatan untuk memperlihatkan ketegasan hukum, Prabowo justru memilih mengakhiri proses tersebut melalui abolisi.


“Bagi sebagian orang ini mungkin kontroversial, tapi bagi saya, ini adalah momen penting dalam sejarah politik Indonesia: seorang presiden yang tidak terpancing amarah, melainkan memilih maaf sebagai pondasi rekonsiliasi nasional,” tegas Noel.

 

Bukan Sekadar Maaf, Tapi Komitmen Bangsa


Bagi Noel, amnesti dan abolisi ini adalah bentuk nyata dari transformasi karakter Prabowo. Dulu dikenal sebagai tokoh militer yang keras dan tegas, kini muncul sebagai kepala negara yang lebih menekankan perdamaian batin dan keseimbangan politik.


“Kebesaran hati ini tidak lahir dari kelemahan, tapi dari kekuatan yang justru tidak banyak dimiliki oleh para pemimpin: kekuatan untuk tidak menyimpan dendam,” tambahnya.

 

Namun Noel juga mengingatkan, dalam putihnya salju sekalipun, bisa tersembunyi serigala. Artinya, tidak semua orang yang dimaafkan akan benar-benar berubah. Ada yang mungkin memanfaatkan kebesaran hati itu untuk kepentingan pribadi atau agenda tersembunyi.


“Di sinilah ujian kepemimpinan Prabowo ke depan: kapan terus memaafkan, dan kapan harus menegakkan ketegasan demi kepentingan bangsa,” ujarnya.


Kebesaran yang Menandai Awal Baru


Dalam atmosfer politik yang kian pragmatis dan transaksional, esai Noel menjadi semacam seruan untuk kembali menakar kepemimpinan bukan dari retorika atau popularitas, tapi dari integritas dan keberanian moral.


Memaafkan, bagi Prabowo, bukan berarti melupakan. Ia adalah langkah sadar untuk tidak menjadikan luka politik masa lalu sebagai beban, melainkan sebagai pelajaran. Ia adalah ikhtiar untuk merangkul, bukan menyingkirkan. Dan di titik inilah, menurut Noel, sejarah akan menilai Prabowo dengan jujur—bukan dari seberapa banyak lawan yang ia kalahkan, melainkan dari seberapa banyak lawan yang ia ampuni.


“Dalam beningnya salju yang membalut hatinya, Prabowo mengajarkan kita: bahwa kekuasaan tidak seharusnya berakar pada balas dendam, tapi pada keberanian memberi ruang bagi rekonsiliasi.”

Immanuel Ebenezer
Ketua Umum Prabowo Mania 08

(Tim Red)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Berita Terbaru Update