Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Slot Machine
WIN: $
Credit: $400 Bet: $10

Iklan

Slot Machine
WIN: $
Credit: $400 Bet: $10

Hidup di Ujung Derita: Saiful dan Lima Anaknya Tinggal di Rumah Nyaris Roboh di Aceh Besar

Rabu, 23 Juli 2025 | Rabu, Juli 23, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-07-23T04:12:06Z


CNEWS, Aceh Besar, 23 Juli 2025 — Potret getir kehidupan Saiful (60), warga Gampong Bayu, Kecamatan Seulimeum, Kabupaten Aceh Besar, membuka mata banyak pihak akan realitas kemiskinan ekstrem yang masih membelenggu sebagian masyarakat Aceh di tengah gempita pembangunan.


Di usia senjanya, Saiful harus mengasuh lima anaknya seorang diri dalam sebuah rumah kayu lapuk yang nyaris ambruk. Tiang-tiang penyangga sudah keropos, dinding rapuh, dan atap bocor parah. Setiap kali hujan turun di malam hari, mereka terpaksa tidur beralas tanah dan beratapkan plastik terpal agar tak kuyup.


“Kalau hujan deras, saya hanya bisa peluk anak-anak sambil tutupin mereka pakai terpal plastik. Enggak tidur sampai pagi,” ujar Saiful dengan mata berkaca.

 

Kondisi rumah ini bukan hanya tak layak huni—tetapi sudah masuk kategori darurat kemanusiaan. Belum terlihat ada upaya konkret dari pemerintah daerah untuk segera melakukan intervensi.


Setitik Cahaya di Tengah Gelap


Baru-baru ini, rumah Saiful akhirnya mendapat akses listrik sebagai bagian dari program elektrifikasi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Aceh. Penerangan tersebut direalisasikan setelah adanya advokasi anggota DPR Aceh dari Fraksi PKB, Munawar, melalui tim pendamping lokal.


Namun listrik saja tak cukup untuk memulihkan martabat kehidupan keluarga ini. Hingga kini, belum ada bantuan untuk renovasi rumah maupun bantuan sosial yang berkelanjutan.


Warga Serukan Tanggung Jawab Pemerintah


Warga Gampong Bayu mendesak pemerintah kabupaten dan provinsi untuk tidak menutup mata. Mereka menyebutkan, Saiful dan anak-anaknya bukan satu-satunya keluarga yang hidup dalam kondisi ekstrem di wilayah Seulimeum.


“Ini bukan hanya tentang kemiskinan. Ini soal tanggung jawab negara terhadap warganya. Jangan tunggu korban jiwa baru bergerak,” kata Hanafiah, tokoh masyarakat setempat.

 

Mereka juga berharap adanya perhatian dari dinas sosial, BPBA (Badan Penanggulangan Bencana Aceh), serta keterlibatan para dermawan untuk segera membangun hunian layak bagi keluarga Saiful.


Panggilan Kemanusiaan yang Mendesak


Kisah Saiful adalah satu dari ribuan potret kemiskinan tersembunyi di Aceh. Ia menggugah nurani publik, menantang pemerintah agar tak hanya bangga dengan angka statistik pembangunan, tapi benar-benar turun menjejak realitas lapangan.


Pemerintah daerah maupun pusat mesti hadir dan bertanggung jawab memastikan tidak ada lagi rakyat yang hidup dalam kondisi seperti ini—di negeri yang katanya makmur, religius, dan berkeadilan sosial. ( Tim Red) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Berita Terbaru Update