CNews - MEDAN – Dugaan beredarnya Pertalite berkualitas buruk mulai memicu keresahan di kalangan pengelola SPBU di Sumatera Utara. Sejumlah SPBU di Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai, hingga Langkat terpaksa menghentikan sementara penjualan BBM jenis Pertalite akibat rusaknya Selenoid Dispenser, komponen vital pada mesin pengisian bahan bakar.
Laporan ini mencuat pertama kali dari SPBU di wilayah Pekan Labuhan, Medan, di mana pengawas SPBU setempat mengungkapkan bahwa dalam dua hari terakhir, dispenser Pertalite mengalami gangguan teknis serius yang menghambat penyaluran bahan bakar, bahkan untuk pengisian kecil sekalipun.
“Untuk mengisi Rp10 ribu saja sangat lambat. Teknisi sudah kami panggil, tapi baru datang besok. Dan bukan hanya kami, banyak SPBU lain juga mengalami hal serupa,” ungkapnya saat diwawancarai beberapa media, Sabtu (7/6/2025) sore.
Indikasi BBM "Bodong", Mesin Rusak Massal, Penjualan Dihentikan
Seorang operator SPBU di kawasan Medan yang meminta identitasnya dirahasiakan menyebutkan, kualitas Pertalite yang masuk sejak Jumat malam (6/6/2025) diduga menjadi penyebab kerusakan dispenser. Operator tersebut bahkan menyebut bahan bakar itu sebagai "minyak bodong" karena dampaknya langsung merusak sistem mesin nozzle.
“Minyak yang keluar tidak sesuai meteran. Kalau dipaksakan, bisa menimbulkan komplain konsumen. Selenoid dan membran bisa mengembang dan rusak. Jadi kami hentikan penjualan,” jelasnya.
Lebih lanjut, operator itu mengungkap bahwa kerusakan Selenoid tidak hanya menyebabkan kerugian operasional, tetapi juga membahayakan integritas teknis SPBU. Namun mirisnya, menurut pengakuan mereka, pihak Pertamina justru meminta SPBU menanggung sendiri biaya perbaikan, tanpa solusi konkret atas pasokan BBM yang diduga bermasalah.
Dugaan Kelalaian dalam Pengawasan BBM
Saat dikonfirmasi tentang asal muasal pasokan Pertalite, pihak SPBU menyatakan bahwa dokumen resmi yang dibawa transportir tidak menunjukkan kejanggalan. Namun faktanya, dampak operasional yang ditimbulkan langsung terasa sejak pasokan terakhir diterima.
“Secara administratif tidak ada yang salah. Tapi kenyataan di lapangan, mesin rusak dan minyak tak bisa dijual. Kami sudah laporkan ke Pertamina sejak pagi, belum ada tanggapan sampai sekarang,” kata sumber tersebut.
Potensi Kelangkaan dan Gejolak Sosial
Dari pantauan awak media, SPBU Pasar 3 Marelan termasuk yang telah menghentikan penjualan Pertalite sejak Sabtu siang. Operator di lokasi hanya menyebutkan bahwa "minyak dalam perjalanan", menghindari penjelasan teknis atas gangguan yang sebenarnya terjadi.
Sumber internal dari grup WhatsApp para pengelola SPBU mengungkapkan bahwa puluhan hingga ratusan SPBU di Sumut saat ini mengalami hal serupa. Jika tidak segera ditangani, kelangkaan Pertalite sangat mungkin terjadi dalam beberapa hari ke depan dan dikhawatirkan akan memicu gejolak publik.
Desakan Investigasi dan Tanggung Jawab Pertamina
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari pihak Pertamina terkait dugaan beredarnya BBM Pertalite bermasalah yang merusak perangkat dispenser di SPBU. Para pengelola SPBU mendesak audit kualitas BBM dan menuntut pertanggungjawaban atas kerusakan mesin yang mereka alami secara massal.
“Kami butuh kejelasan. Jangan hanya kami yang menanggung kerugian akibat minyak yang diduga tidak layak edar,” pungkas salah satu operator.
Redaksi masih terus berupaya menghubungi pihak Pertamina Regional Sumatera Bagian Utara untuk klarifikasi. ( DN 86)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar