Minggu 13 Jul 2025

Notification

×
Minggu, 13 Jul 2025

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Kim Jong Un Murka: Kecam Langkah Donald Trump di Konflik Iran-Israel sebagai Agresi Sembrono dan Pelanggaran Piagam PBB

Jumat, 27 Juni 2025 | Jumat, Juni 27, 2025 WIB | 31 Views Last Updated 2025-06-26T19:52:16Z

 


CNews , Senin, 23 Juni 2025 | 20:25 WIB - PYONGYANG – Ketegangan global semakin meningkat usai Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, memerintahkan serangan langsung terhadap tiga fasilitas nuklir strategis milik Iran di tengah perang terbuka antara Teheran dan Tel Aviv.


Presiden Korea Utara, Kim Jong Un, menyatakan kemarahannya secara terbuka melalui siaran resmi pemerintah. Ia menyebut langkah Trump sebagai tindakan sembrono, imperialis, dan pelanggaran nyata terhadap Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).


 “Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK) dengan tegas mengutuk tindakan agresif Amerika Serikat. Serangan terhadap Iran adalah bentuk arogansi kekuasaan dan pelanggaran serius terhadap hukum internasional,” tegas Kim Jong Un, dikutip dari kantor berita Reuters, Senin (23/6/2025).


Serangan udara gabungan yang dilancarkan AS dan Israel menargetkan tiga lokasi vital dalam program nuklir Iran:


Fordow

Natanz

Isfahan


Ketiganya merupakan pusat pengayaan uranium dan pengembangan teknologi strategis Iran. Sumber diplomatik menyebut bahwa Israel memfokuskan serangannya pada fasilitas riset rudal balistik, pusat pelatihan ilmuwan nuklir, serta lokasi tempat tinggal sejumlah ilmuwan senior.


Rekaman video yang tersebar luas memperlihatkan asap hitam membubung dari area Natanz dan Isfahan, mengindikasikan kerusakan besar akibat ledakan presisi tinggi.


Korban Jiwa di Pihak Iran: Elit Militer Jadi Sasaran


Serangan tersebut menewaskan sejumlah tokoh penting Iran, termasuk:

Hossein Salami, Komandan IRGC (Pasukan Pengawal Revolusi)

Mohammad Bagheri, Kepala Staf Angkatan Bersenjata

Ilmuwan nuklir senior, yang identitasnya masih dirahasiakan


Kehilangan para tokoh militer ini dianggap sebagai pukulan strategis terbesar terhadap Iran dalam dua dekade terakhir. Iran belum memberikan tanggapan resmi selain menyebut serangan ini sebagai "deklarasi perang terbuka oleh AS dan Zionis".


Kecaman Dunia: Indonesia dan OKI Desak Aksi Internasional


Reaksi keras datang dari berbagai penjuru dunia. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri mengecam keras serangan tersebut.


“Tindakan sepihak ini tidak hanya melanggar kedaulatan Iran, tetapi juga melemahkan hukum internasional dan prinsip Piagam PBB,” tegas pernyataan resmi Kemlu RI.


Negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) pun menyerukan sidang darurat dan meminta Dewan Keamanan PBB segera mengintervensi untuk mencegah konflik lebih luas.


Trump Dinilai Berisiko Bangkitkan Perang Regional: Dunia di Ambang Krisis Global


Pengamat geopolitik Asia Timur, Dr. Han Deok-su, menyebut tindakan Trump sebagai “perjudian militer dan politik” yang dapat memicu keterlibatan negara besar seperti Tiongkok, Rusia, dan Korea Utara.


“Trump tidak hanya menyerang Iran, tapi juga sedang mengetes batas kesabaran aliansi anti-Barat. Ini berbahaya bagi kestabilan kawasan Asia dan Timur Tengah,” ujarnya kepada Liputan7.id.


Presiden Kim Jong Un bahkan memperingatkan bahwa Korea Utara siap mengambil langkah militer jika dominasi AS dan sekutunya mengganggu keseimbangan geopolitik di Asia Timur dan Semenanjung Korea.


PBB Didesak Bertindak: Gencatan Senjata atau Krisis Dunia Baru?

Kondisi ini mendorong dunia ke ambang konflik global yang berlapis: agresi militer terbuka, ketegangan diplomatik, dan runtuhnya sistem penegakan hukum internasional.


Sejumlah negara anggota nonblok, termasuk Indonesia, Brazil, dan Afrika Selatan, mendesak investigasi independen serta penegakan sanksi terhadap pelanggaran hukum perang.


Sementara itu, Dewan Keamanan PBB belum memberikan pernyataan resmi, di tengah kritik publik internasional terhadap kredibilitas PBB yang dinilai lemah dan tidak independen, terutama karena AS saat ini menjabat sebagai Ketua Dewan Keamanan—posisi yang dinilai tidak layak dalam konteks konflik yang sedang berlangsung. ( Tim - Red) 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Berita Terbaru Update