Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Warga Minta Presiden Prabowo-Gibran Turun Tangan Selamatkan Sungai Kampar dari Ancaman Pencemaran

Kamis, 06 November 2025 | Kamis, November 06, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-11-06T13:09:43Z

CNEWS, Pelalawan, Riau – Fenomena matinya ratusan ikan dan munculnya ribuan ikan mabuk di aliran Sungai Kampar, mulai dari Desa Sering hingga Kelurahan Pelalawan, kembali mengguncang masyarakat. Dalam dua hari terakhir, warga di sepanjang bantaran sungai menyaksikan peristiwa serupa yang selalu berulang setiap tahun—namun hingga kini, tak satu pun lembaga resmi yang berani mengungkap penyebab pastinya secara transparan.


Kondisi ini memicu kekhawatiran mendalam warga, sebab Sungai Kampar selama ini menjadi nadi kehidupan: sumber air untuk konsumsi rumah tangga, lahan penghidupan bagi nelayan tradisional, sekaligus ruang sosial dan budaya masyarakat pesisir.


“Kami meminta Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Gibran menjadikan Sungai Kampar sebagai perhatian khusus nasional dalam agenda penyelamatan lingkungan hidup. Kerusakan dan pencemaran sungai ini sudah semakin parah, dan kami menduga kuat berasal dari limbah perusahaan yang beroperasi di sekitar aliran sungai,” tegas Rorin Ardiansyah, aktivis lingkungan Kabupaten Pelalawan, Kamis (6/11/2025).

 

Rorin menilai, jika pemerintah pusat tidak segera turun tangan, bukan hanya ekosistem sungai yang akan punah, tetapi juga kehidupan ekonomi masyarakat pesisir Kampar akan hancur. “Ribuan warga di pesisir Kampar menggantungkan hidup pada sungai ini. Kalau tercemar, mereka kehilangan segalanya,” tambahnya.


Fenomena Tahunan yang Selalu Diabaikan


Warga setempat, Naldi dari Kelurahan Pelalawan, menceritakan bahwa sejak Rabu malam (5/11/2025), air sungai tampak keruh dan berbau tidak sedap. Tak lama, ikan-ikan mulai muncul ke permukaan dalam kondisi mabuk, bahkan banyak yang mati mengapung.

 

“Banyak ikan mabuk seperti baung, patin, udang, dan lainnya. Warga ramai-ramai turun ke sungai untuk mengambil ikan yang masih hidup. Tapi di sisi lain kami khawatir, jangan-jangan airnya sudah beracun,” ujarnya.

 

Fenomena ikan mabuk dan mati massal ini bukan kali pertama terjadi. Catatan warga menunjukkan, peristiwa serupa kerap muncul setiap tahun dengan pola yang hampir sama: perubahan warna air, bau menyengat, dan kemunculan bangkai ikan secara mendadak.


Namun, hingga kini belum ada hasil penyelidikan resmi dari pemerintah daerah, Dinas Lingkungan Hidup, maupun lembaga independen yang bisa menjelaskan sumber pasti pencemaran.


Desakan Penyelidikan dan Audit Lingkungan


Aktivis menilai, sudah saatnya pemerintah pusat menginstruksikan audit lingkungan menyeluruh terhadap seluruh perusahaan yang memiliki instalasi pengolahan limbah di sekitar aliran Sungai Kampar, terutama di wilayah Pelalawan dan sekitarnya.


“Kalau pemerintah daerah tidak berani, maka pemerintah pusat harus ambil alih. Ini sudah soal keselamatan publik,” kata Rorin.


Ia juga meminta agar KLHK, BRGM, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan membentuk tim gabungan untuk mengidentifikasi penyebab fenomena ini secara ilmiah, serta menindak tegas perusahaan yang terbukti mencemari lingkungan.


Harapan Warga: Presiden Harus Hadir


Warga berharap perhatian langsung dari Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Mereka menilai, kehadiran pemimpin nasional sangat penting agar penanganan pencemaran Sungai Kampar tidak lagi sekadar janji atau formalitas tahunan.


“Kami tidak ingin setiap tahun hanya melihat ikan mati tanpa kejelasan. Kami mohon Presiden benar-benar hadir dan bertindak,” pungkas Rorin Ardiansyah.

 

Catatan 
Fenomena ikan mati di Sungai Kampar bukan sekadar isu lingkungan, melainkan potret kelalaian panjang dalam tata kelola sumber daya alam di daerah industri Riau. Pemerintah ditantang untuk membuktikan komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan dan keselamatan rakyat di daerah aliran sungai strategis nasional ini. ( Syd)Tim)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Berita Terbaru Update