CNEWS , Jakarta — Dalam penampilan strategis sebagai Dewan Penasihat di Bloomberg Economy Forum, Singapura, Presiden ke-7 Republik Indonesia Joko Widodo menyampaikan pidato yang menempatkan kembali Asia Tenggara sebagai pusat gravitasi ekonomi global. Dengan menggunakan bahasa Inggris penuh, Jokowi menyodorkan sebuah pesan yang jarang muncul dalam forum internasional: dunia membutuhkan arsitektur finansial baru, dan Asia Tenggara siap memimpin perubahannya.
“Change is never easy, but change is necessary,” ujar Jokowi mengawali pidatonya—sebuah refleksi atas satu dekade transformasi ekonomi Indonesia.
Asia Tenggara: Dari Pasar Konsumen Menjadi Produsen Inovasi Global
Di hadapan para pemimpin lembaga keuangan internasional, manajer investasi global, dan kepala negara kawasan, Jokowi menegaskan bahwa Asia Tenggara telah bergerak melampaui status tradisionalnya sebagai pasar besar negara-negara maju.
“Southeast Asia is no longer just a market. It is becoming a global force,” tegasnya.
Retorika ini membawa satu pesan tersirat: The next leap of innovation will not be monopolized by Silicon Valley or Shenzhen. Jokowi menegaskan bahwa unicorn masa depan dapat lahir dari Jakarta, Singapura, Bangkok, Kuala Lumpur, Manila hingga Hanoi.
Pidato ini sekaligus menempatkan ASEAN sebagai salah satu kandidat utama pusat “intelligence economy”—ekonomi berbasis kecerdasan buatan, data, robotik, dan inovasi terukur.
Desakan Langka: Jokowi Minta IMF, Bank Dunia, dan WTO Redefinisi Sistem Finansial Global
Salah satu poin paling tajam dalam pidatonya adalah permintaan agar IMF, Bank Dunia, dan WTO mendefinisikan ulang instrumen keuangan dan infrastruktur digital global.
Ini bukan sekadar permintaan teknis, melainkan sinyal bahwa struktur keuangan dunia saat ini dianggap tidak lagi kompatibel dengan dinamika ekonomi digital dan kebutuhan negara berkembang.
Desakan ini muncul di tengah realitas:
- semakin besarnya kesenjangan pembiayaan bagi negara berkembang,
- lambatnya reformasi kuota IMF,
- dan ketimpangan regulasi dalam ekonomi digital global.
Jokowi menempatkan Indonesia dan ASEAN sebagai pihak yang menuntut modernisasi tata kelola global, bukan lagi sebagai penerima kebijakan.
Membingkai Warisan Ekonomi: Infrastruktur sebagai "Pre-Condition for Intelligence Economy"
Berbeda dari pidato publik sebelumnya, Jokowi kali ini memosisikan pembangunan infrastruktur selama masa pemerintahannya bukan hanya sebagai proyek domestik, tetapi sebagai fondasi geostrategis bagi transformasi ekonomi regional.
“Without strong infrastructure, an economy cannot grow.”
Ia memaparkan:
- pembangunan jalan, pelabuhan, dan bandara,
- jaringan kelistrikan dan energi,
- pusat data nasional,
- satelit multifungsi baru,
- perluasan jaringan broadband ke seluruh nusantara.
Pesan utamanya: Indonesia sedang menyiapkan arteri fisik dan digital sebagai prasyarat integrasi ekonomi ASEAN di era AI dan robotik.
Regulasi Startup dan Digital Economy: Indonesia Mencari Peran Baru
Jokowi menegaskan bahwa pemerintah Indonesia telah menata ulang sejumlah regulasi agar startup lokal memiliki daya saing global. Dengan pasar domestik 280 juta jiwa, Indonesia ingin menjadi:
.
- pusat inovasi digital,
- hub data dan cloud regional,
- pemain utama dalam rantai pasok teknologi global.
Bagi pengamat ekonomi, pernyataan Jokowi ini menegaskan ambisi Indonesia untuk naik kelas dari “demographic-driven market” menjadi innovation-driven economy.
Peringatan Soal AI dan Robotik: 10–15 Tahun ke Depan Akan Menjadi Titik Balik
Jokowi memberi peringatan keras bahwa dunia memasuki fase krusial revolusi robot dan kecerdasan buatan. Dalam 10–15 tahun ke depan, perubahan struktur tenaga kerja global akan terjadi secara masif dan tidak merata.
Ini adalah pesan bahwa negara-negara ASEAN harus:
- memperkuat skill digital,
- menata ulang pendidikan,
- dan mempercepat integrasi ekonomi berbasis teknologi.
Analisis Premium: Jokowi Mengirim Sinyal Kepada Siapa?
1. Kepada lembaga global:
Indonesia ingin reformasi sistem keuangan yang lebih adil bagi negara berkembang.
2. Kepada investor internasional:
ASEAN bukan lagi pasar; ini adalah kawasan produsen inovasi teknologi.
3. Kepada negara-negara ASEAN:
Konektivitas digital dan perbaikan regulasi adalah kunci membangun ekosistem AI kawasan.
4. Kepada pemerintahan domestik berikutnya:
Warisan infrastruktur dan digitalisasi harus menjadi fondasi, bukan sekadar proyek populis.
Kesimpulan: Jokowi Mendorong Pergeseran Arsitektur Ekonomi Global, dengan ASEAN sebagai Poros Baru
Pidato Jokowi di Bloomberg Economy Forum bukan hanya laporan kinerja, tetapi narasi geopolitik ekonomi: bahwa Asia Tenggara siap mendefinisikan ulang masa depan ekonomi global dan Indonesia menuntut tempat sebagai arsitek utamanya.
Ini adalah salah satu pidato internasional paling strategis Jokowi sejak tak lagi menjabat sebagai presiden—lebih tajam, lebih konseptual, dan lebih sistemik daripada biasanya. (RI/RED)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar