CNEWS, Pelalawan (Riau) — Dugaan penyimpangan dan penyalahgunaan Dana Desa (DD) kembali mencuat. Kali ini terjadi di Desa Batang Nilo Kecil, Kecamatan Pelalawan, Kabupaten Pelalawan, Riau. Sejumlah pembangunan yang seharusnya dikerjakan dengan baik demi kepentingan masyarakat justru ditemukan dalam kondisi memprihatinkan. Ironisnya, Kepala Desa Batang Nilo Kecil, Rahnus, meminta agar temuan tersebut tidak diberitakan.
Isu ini menjadi sorotan publik di Pelalawan, mengingat berbagai kasus korupsi Dana Desa di Indonesia semestinya menjadi pelajaran bagi para perangkat desa. Namun, menurut warga, bukannya memberikan efek jera, kasus-kasus tersebut justru tak menjadi contoh.
“Anehnya, meski banyak Kades terkena kasus korupsi Dana Desa, sepertinya itu tidak memberi efek jera,” ujar salah satu warga Pangkalan Kerinci kepada CNEWS.
Indikasi Penyimpangan Sejak 2021, Pembangunan Minim dan Berkualitas Rendah
Narasumber yang meminta identitasnya dirahasiakan menilai bahwa Desa Batang Nilo Kecil menunjukkan indikasi kuat terjadinya penyimpangan realisasi DD.
“Pembangunan dari 2021 ya begitu-begitu saja. Terhitung 2024–2025 hanya tiga pembangunan fisik: satu pagar lapangan bola dan dua semenisasi jalan,” jelasnya.
Namun yang membuat warga kecewa adalah mutu pekerjaan yang sangat buruk. Salah satu proyek semenisasi yang dikerjakan pada 2024 sudah mengalami kerusakan meski belum setahun dibangun.
“Retak-retak, patah memanjang, dan kerikil sudah muncul di permukaan. Diduga kuat kurang semen atau pengerjaan asal jadi,” ungkapnya.
Temuan di Lapangan: Retak Panjang, Kerikil Mudah Dicongkel
Menindaklanjuti laporan tersebut, tim wartawan CNEWS melakukan pengecekan langsung ke lokasi. Hasilnya identik dengan keluhan warga:
- Beton mengalami retak panjang membentang.
- Beberapa bagian terlihat mengalami patah struktural.
- Kerikil mudah muncul dan bahkan dapat dicongkel dengan jari, menunjukkan indikasi kuat penggunaan komposisi material tidak sesuai standar.
Temuan tersebut menguatkan dugaan bahwa pengerjaan proyek tidak memprioritaskan kualitas, padahal Dana Desa diberikan untuk pembangunan yang tepat guna dan bermanfaat jangka panjang.
Kades Mengakui Kerusakan, Mengklaim Bukan Ahli Teknis
Saat dikonfirmasi di kediamannya, Rabu (12/11/2025), Kepala Desa Rahnus membenarkan bahwa proyek tersebut dikerjakan pada 2024.
“Tahun ini (2025) belum ada pembangunan karena pencairan belum turun, gaji saja belum dibayar,” ujarnya.
Terkait kerusakan, Rahnus menegaskan bahwa ia bukan ahli teknis pembangunan, namun sudah berupaya melakukan yang terbaik.
“Saya manusia biasa, wajar kalau tidak sempurna. Saya sudah berusaha yang terbaik untuk desa,” ucapnya.
Kades Minta Wartawan Tidak Memberitakan
Dalam pernyataan yang mengejutkan, Rahnus secara terbuka meminta agar temuan ini tidak diberitakan oleh awak media.
“Tidak usahlah diberitakan. Saya tidak enak kalau orang-orang tahu. Ini pelajaran, saya janji ke depan lebih baik,” pintanya dengan nada memohon.
Sikap tersebut menimbulkan pertanyaan besar mengenai transparansi dan akuntabilitas pengelolaan Dana Desa, terlebih karena anggaran Desa Batang Nilo Kecil disebut mencapai lebih dari Rp1,5 miliar per tahun.
Transparansi Dipertanyakan, Masyarakat Minta Audit Menyeluruh
Sejumlah warga berharap agar instansi terkait—Dinas PMD, Inspektorat, hingga aparat penegak hukum—melakukan audit fisik dan audit administrasi atas penggunaan DD di Desa Batang Nilo Kecil.
“Dana Desa itu uang rakyat. Kalau bangunan cepat rusak, masyarakat yang rugi,” tegas warga.
Hingga berita ini diterbitkan, pihak kecamatan dan dinas terkait belum memberikan pernyataan resmi. ( TIM)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar