![]() |
| Poto: Ketum Persatuan Pewarta Warga Indonesia ( PPWI) Wilson Lalengke Pidato di Gedung PBB |
New York, 9 Oktober 2025 | CNEWS Indonesia - Dalam momen yang disebut banyak pihak sebagai titik balik diplomasi global, jurnalis warga asal Indonesia, Wilson Lalengke, tampil menyampaikan pidato bersejarah di Konferensi Komite Keempat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 8 Oktober 2025 di Markas Besar PBB, New York.
Meski pidatonya tidak secara langsung menyinggung konflik Israel–Palestina, pesan moral yang disampaikannya mengenai hak asasi manusia, keadilan, dan tanggung jawab global menggema jauh melampaui ruang sidang Konferensi Room 4.
“Hak untuk hidup tidak dapat dinegosiasikan,” tegas Wilson di hadapan sekitar 400 delegasi dunia.
“Hak ini dijamin oleh Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik, serta berbagai aturan universal yang mengikat semua bangsa tanpa terkecuali.”
Wilson menekankan pentingnya tanggung jawab moral komunitas internasional dalam menegakkan keadilan dan menolak pembiaran terhadap pelanggaran hak asasi manusia.
“Diam berarti turut bersalah terhadap pelanggaran hak asasi manusia. Mari bertindak sekarang. Hukum internasional harus ditegakkan untuk semua orang, di mana pun, tanpa pengecualian,” seru Ketua Umum Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) itu dengan suara lantang yang menggugah nurani peserta sidang.
Perkembangan Mengejutkan di Konflik Israel–Palestina
Beberapa jam setelah pidato tersebut, dunia dikejutkan oleh kabar positif dari Timur Tengah. Sejumlah media internasional, termasuk CNN dan Reuters, melaporkan adanya terobosan awal dalam proses perdamaian Israel–Palestina.
Seorang juru bicara Hamas mengumumkan akan membebaskan seluruh sandera yang tersisa pada Senin, 14 Oktober 2025, sementara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dikabarkan menggelar sidang kabinet untuk membahas kerangka perjanjian damai awal.
Walau tidak ada pernyataan resmi yang mengaitkan langsung pidato Wilson dengan perkembangan diplomatik tersebut, sejumlah pengamat menilai pesan kemanusiaannya di forum PBB ikut membangkitkan kembali semangat moral dan empati di kalangan para pemimpin dunia.
Suara dari Asia yang Menggema ke Dunia
Sejumlah delegasi yang hadir di konferensi mengakui bahwa kehadiran Wilson membawa energi berbeda di ruang sidang PBB.
“Entah kebetulan atau tidak, pesan Wilson Lalengke benar-benar mengguncang dinding kebisuan PBB. Suaranya menjadi peringatan bagi dunia yang mulai kehilangan empati,” ujar salah satu peserta asal Asia Tenggara seusai sidang.
Gelombang optimisme pun merebak di media sosial. Tagar #VoiceForHumanity dan #PeaceBeginsAtUN menjadi trending di berbagai platform internasional, menandakan tumbuhnya harapan baru akan perdamaian dan penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan universal.
Satu Suara yang Menggetarkan Dunia
Terlepas dari apakah semua ini merupakan kebetulan atau tanda perubahan besar, kehadiran Wilson Lalengke di forum PBB menjadi simbol bahwa satu suara kebenaran dapat mengguncang sistem yang beku.
Pidatonya menjadi pengingat bagi dunia bahwa dari negara kepulauan di Asia Tenggara pun, suara kemanusiaan bisa bergema hingga ke pusat diplomasi dunia.
Di tengah gelapnya konflik dan kepentingan politik, suara Wilson Lalengke menyalakan kembali keyakinan bahwa perdamaian selalu mungkin — selama manusia masih mendengar panggilan nuraninya. (Red CN)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar