Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

KKB Pimpinan Daniel Aibon Kogoya Tembak Mati Pekerja Jalan di Intan Jaya: Teror yang Menghambat Nadi Pembangunan Papua

Jumat, 10 Oktober 2025 | Jumat, Oktober 10, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-10-10T14:00:20Z

 


CNEWS | INTAN JAYA, PAPUA TENGAH —
Gelombang kekerasan bersenjata kembali mengguncang wilayah Intan Jaya. Seorang pekerja proyek jalan, Anselmus Arfin (25), tewas ditembak kelompok kriminal bersenjata (KKB) pimpinan Daniel Aibon Kogoya pada Rabu, 8 Oktober 2025, sekitar pukul 10.20 WIT, di kawasan perbatasan Kampung Ndugusiga dan Bambu Kuning, Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah.


Korban, yang merupakan karyawan PT TJP, sedang melaksanakan tugas pengukuran jalan menggunakan alat berat bersama empat rekannya. Proyek tersebut adalah bagian dari program pembangunan infrastruktur konektivitas darat lintas kabupaten yang digagas pemerintah pusat dalam kerangka percepatan pembangunan Papua.


Namun, kegiatan itu berubah menjadi tragedi berdarah. Tanpa aba-aba, terdengar suara letusan senjata dari arah semak belukar di sisi kiri jalan. Satu peluru menembus dada kiri korban hingga keluar di punggung, membuat korban tersungkur di lokasi kejadian.


“Tiba-tiba terdengar satu kali letusan tembakan dari arah kiri jalan yang mengenai dada kiri korban hingga tembus ke punggung,”
ungkap Kepala Operasi Damai Cartenz, Brigjen Faizal Ramadhani, dalam keterangannya, Kamis (9/10/2025).

 

Rekan-rekan korban yang panik segera melakukan evakuasi ke RSUD Sugapa, namun korban dinyatakan meninggal dunia sesaat setelah tiba di rumah sakit.


Operasi Pengejaran dan Peningkatan Siaga


Aparat gabungan TNI dan Polri langsung dikerahkan ke lokasi kejadian. Satuan Operasi Damai Cartenz melakukan penyisiran di area perbatasan dan memperketat pengamanan di jalur logistik utama. Dari hasil pantauan awal, pelaku kuat diduga berasal dari KKB pimpinan Daniel Aibon Kogoya, yang selama ini dikenal aktif di wilayah Intan Jaya, termasuk Distrik Hitadipa dan Sugapa.


“Kami telah mengerahkan personel ke beberapa titik rawan, baik untuk melakukan pengejaran maupun pengamanan terhadap aktivitas pekerja proyek di sekitar lokasi,”
ujar Wakil Kepala Operasi Damai Cartenz, Kombes Adarma Sinaga.

 

Aparat juga berkoordinasi dengan pihak perusahaan dan pemerintah daerah untuk memastikan kelanjutan proyek pembangunan jalan tidak terhenti.


“Kami tidak akan membiarkan aksi teror bersenjata ini menghambat pembangunan yang sangat dibutuhkan masyarakat Papua. Keamanan dan keadilan akan ditegakkan,” tegas Brigjen Faizal.

 

Aksi Brutal yang Berulang


KKB pimpinan Daniel Aibon Kogoya bukan nama baru di balik rentetan kekerasan bersenjata di Papua. Kelompok ini diketahui terlibat dalam sejumlah aksi penyerangan terhadap aparat dan warga sipil, pembakaran fasilitas umum, serta sabotase terhadap proyek pembangunan strategis pemerintah.


Dalam catatan aparat, kelompok ini sebelumnya membakar SMP Negeri Kiwirok di Pegunungan Bintang, menyerang pos keamanan di Distrik Mamba, serta menembak mati dua tukang ojek di jalur Sugapa–Hitadipa.


“Kelompok ini beroperasi secara berpindah-pindah, bersembunyi di kawasan pegunungan, dan memanfaatkan kondisi geografis yang sulit dijangkau,” ujar sumber kepolisian yang enggan disebutkan namanya.


Negara Tak Akan Mundur

Aksi penembakan terhadap Anselmus Arfin menambah panjang daftar korban sipil dalam konflik bersenjata di Papua. Brigjen Faizal menegaskan, negara tidak akan gentar menghadapi kelompok separatis bersenjata yang menghalangi proses pembangunan.


“Aksi kejahatan bersenjata ini tidak hanya merenggut nyawa warga sipil yang sedang bekerja untuk kemajuan daerahnya, tetapi juga menjadi bentuk pengkhianatan terhadap nilai kemanusiaan dan kebangsaan,”
tegasnya.

 

Pemerintah pusat disebut tetap berkomitmen melanjutkan pembangunan infrastruktur di Papua sebagai bagian dari strategi pemerataan ekonomi dan integrasi wilayah nasional.


Misi Pembangunan dan Bayang Teror


Proyek jalan di Intan Jaya yang sedang dikerjakan PT TJP merupakan bagian dari program Trans Papua, yang diharapkan membuka akses isolasi wilayah pedalaman dan menekan ketimpangan antarwilayah.
Namun, pembangunan di kawasan ini berulang kali terganggu oleh aksi bersenjata. Sejak 2020, sedikitnya 21 pekerja infrastruktur sipil tewas akibat serangan KKB di berbagai titik Papua Tengah dan Papua Pegunungan.


“Setiap proyek jalan di Papua selalu berhadapan dengan dua tantangan utama: medan berat dan ancaman keamanan,” ujar seorang pejabat lokal Intan Jaya yang meminta identitasnya dirahasiakan.


Ia menambahkan, banyak kontraktor kesulitan mendapatkan pekerja lokal karena masyarakat takut terlibat proyek yang dianggap ‘pro-pemerintah’ oleh kelompok separatis.


Analisis Keamanan: Teror Politik dan Gangguan Ekonomi


Pengamat keamanan Papua, Dr. Markus Wenda, menilai aksi kekerasan yang terus terjadi menunjukkan pola teror politik yang bertujuan menciptakan ketakutan sistemik di tengah masyarakat.


“KKB kini tidak hanya menargetkan aparat, tetapi juga warga sipil yang dianggap berkontribusi terhadap program pembangunan. Tujuannya adalah menciptakan disrupsi dan memaksa pemerintah mundur secara psikologis,” ujarnya.

 

Selain aspek politik, gangguan keamanan ini juga berdampak langsung terhadap ekonomi lokal dan investasi publik, sebab banyak proyek terhenti dan distribusi logistik terganggu.


Seruan Kemanusiaan dan Harapan Damai


Meski didera ketegangan, aparat keamanan tetap menegaskan pendekatan yang proporsional dan berimbang: mengejar pelaku dengan tegas namun tetap mengedepankan keselamatan warga sipil.
Operasi Damai Cartenz menegaskan tidak akan melakukan tindakan represif yang melampaui batas hukum.


“Kami menjamin seluruh operasi tetap berdasarkan prinsip hukum dan hak asasi manusia. Target kami jelas: pelaku kejahatan bersenjata, bukan warga sipil,” tegas Kombes Adarma Sinaga.

 

Kematian Anselmus Arfin menjadi simbol nyata bahwa pembangunan Papua masih berhadapan dengan bayang-bayang kekerasan. Namun bagi banyak pihak, tragedi ini justru menjadi alasan lebih kuat bagi negara untuk hadir, bukan mundur.


Editor’s Note

Insiden Intan Jaya kembali menegaskan bahwa keamanan Papua bukan sekadar persoalan senjata dan operasi militer, melainkan tentang keberlanjutan keadilan sosial, kesejahteraan, dan kepercayaan publik terhadap negara.
Di balik setiap proyek pembangunan, ada nyawa yang berkorban — dan tanggung jawab negara untuk memastikan mereka tidak mati sia-sia. ( Red CN) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Berita Terbaru Update