Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Kelangkaan LPG 3 Kg di Gunungsitoli: Harga Melonjak, Warga Surati Pertamina dan DPRD, Dugaan Mafia Gas Menguat

Rabu, 24 September 2025 | Rabu, September 24, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-09-24T07:11:27Z

 



CNEWS | Gunungsitoli – Krisis energi bersubsidi melanda Kota Gunungsitoli, Sumatera Utara. Warga kini menghadapi kelangkaan akut LPG 3 kilogram – tabung gas subsidi yang mestinya diperuntukkan bagi rumah tangga miskin – namun justru menghilang dari pasaran resmi dan dijual dengan harga liar di tingkat pengecer.


Kondisi ini mendorong masyarakat melayangkan surat terbuka kepada Pertamina, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Gunungsitoli, DPRD Kota Gunungsitoli, serta Pemerintah Daerah.


“Situasi ini sangat membebani masyarakat kecil. LPG adalah kebutuhan dasar, bukan barang mewah. Kami mohon kepada pihak terkait untuk segera bertindak,” demikian kutipan dari surat terbuka tersebut yang diterima redaksi, Selasa (23/9/2025).

 

Harga LPG Melonjak di Atas HET


Hasil investigasi CNEWS di lapangan menemukan fakta mencengangkan:


  • Di pangkalan resmi, stok gas cepat habis bahkan hanya beberapa jam setelah distribusi.
  • Jika pun ada, warga terpaksa membeli di tingkat warung atau pengecer dengan harga Rp 30.000 – Rp 40.000 per tabung.
  • Padahal, Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan untuk wilayah Gunungsitoli berkisar Rp 20.000 – Rp 22.000.


Artinya, terdapat selisih harga Rp 10.000 – Rp 18.000 per tabung yang harus ditanggung masyarakat kecil.


Seorang ibu rumah tangga di Kelurahan Pasar mengaku hampir setiap minggu terpaksa berburu gas. “Kalau tidak beli di pengecer Rp 35.000, kami tidak bisa masak. Sementara uang belanja semakin pas-pasan,” keluhnya.


Kuota dan Realitas yang Jauh Berbeda


Menurut data resmi Pertamina (2024), kuota LPG 3 Kg untuk Kota Gunungsitoli mencapai ±3.500 – 4.000 metrik ton per tahun, atau setara dengan sekitar 1,1 juta tabung gas. Jika dibagi rata, seharusnya pasokan cukup untuk melayani sekitar 35–40 ribu rumah tangga miskin dan usaha mikro.


Namun, fakta di lapangan menunjukkan kuota tidak pernah sampai sepenuhnya ke tangan masyarakat. Indikasi penyimpangan distribusi semakin kuat:


  1. Alokasi gas subsidi dialihkan ke sektor non-rumah tangga seperti restoran besar, usaha laundry, hingga perkebunan.
  2. Oknum agen dan pangkalan diduga menjual sebagian stok ke pengecer liar dengan harga lebih tinggi.
  3. Minimnya pengawasan membuat praktik ini berlangsung sistematis tanpa sanksi.


Dugaan Mafia Gas

Aktivis energi dan masyarakat sipil menyebut kondisi ini tak lepas dari permainan “mafia gas” yang mengendalikan rantai distribusi dari hulu ke hilir. Mereka menuding adanya jaringan yang terhubung mulai dari agen, pangkalan, hingga oknum aparat yang menutup mata.


“Masyarakat korban, pemerintah diam, mafia tertawa. Selama pola distribusi tidak transparan dan tidak ada penindakan tegas, harga gas 3 Kg akan terus dipermainkan,” ujar seorang pegiat antikorupsi energi di Sumut.


Desakan Warga

Dalam surat terbuka, masyarakat Gunungsitoli mendesak empat langkah darurat:


  1. Pertamina segera melakukan audit dan inspeksi mendadak pada seluruh agen dan pangkalan di Gunungsitoli.
  2. Disperindag dan Pemda turun langsung ke lapangan, bukan hanya menggelar rapat.
  3. DPRD Gunungsitoli menggunakan fungsi pengawasan, memanggil Pertamina dan dinas terkait untuk menjelaskan krisis ini.
  4. Penindakan hukum terhadap oknum yang terbukti menyalahgunakan distribusi.

“Kami masyarakat kecil tidak punya saluran lain untuk mengadu. Suara ini harus didengar, bukan diabaikan. Kami ingin solusi nyata, bukan janji,” tegas perwakilan warga dalam surat itu.


Dampak Sosial Ekonomi

Krisis LPG 3 Kg berdampak langsung pada:

  • Rumah tangga miskin: Terpaksa mengurangi kebutuhan lain demi membeli gas mahal.
  • Usaha mikro: Warung makan dan pedagang kecil kesulitan beroperasi, sebagian beralih ke kayu bakar.
  • Kesehatan: Warga kembali menggunakan kayu atau minyak tanah, meningkatkan risiko polusi udara dalam rumah.


Catatan Kritis

Kelangkaan LPG 3 Kg di Gunungsitoli bukan sekadar masalah distribusi, melainkan potret kegagalan tata kelola subsidi energi nasional. Gas subsidi yang dibiayai APBN triliunan rupiah seharusnya tepat sasaran, tetapi justru bocor ke tangan pihak yang tidak berhak.

Jika krisis ini dibiarkan, bukan tidak mungkin akan memicu gejolak sosial yang lebih besar, sebab masyarakat kecil merasa dikhianati oleh negara.


Catatan Redaksi

CNEWS akan terus menelusuri jejak distribusi LPG 3 Kg di Gunungsitoli: mulai dari nama agen, pangkalan resmi, hingga jalur pengecer liar. Publik berhak tahu siapa yang bermain di balik kelangkaan dan melonjaknya harga LPG yang menyengsarakan rakyat kecil.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Berita Terbaru Update