CNEWS | Jakarta – 7 September 2025
Gelombang demonstrasi besar pada 25 dan 28 Agustus 2025 di depan Gedung DPR RI dan sejumlah daerah di Indonesia menyisakan jejak panjang. Aksi yang awalnya digerakkan mahasiswa dan buruh itu berujung pada kerusuhan, pembakaran, hingga penjarahan rumah pejabat DPR.
Ketua Presidium Aliansi Aktivis 98, Bilung Silaen, menilai peristiwa ini bukan sekadar spontanitas massa, melainkan gerakan yang berpola. Ia menyamakan dinamika tersebut dengan mobilisasi massa era 1998 yang menjatuhkan Presiden Soeharto.
“Kalau kita lihat, aksi 25 dan 28 Agustus 2025 sangat berpola, bahkan ada desainnya. Pola gerakannya mirip tahun 1998, hanya kali ini dipicu konflik internal antara Jokowi dan Prabowo,” ujar Bilung Silaen kepada wartawan.
Timeline Aksi 25 Agustus 2025
- 09.00 WIB – Massa mahasiswa, buruh, dan kelompok sipil mulai berkumpul di depan DPR RI. Tuntutan utama: tolak kenaikan gaji DPR, bubarkan DPR, hentikan oligarki politik.
- 11.30 WIB – Orasi bergulir. Massa membentangkan spanduk “DPR Pengkhianat Rakyat”. Situasi masih kondusif.
- 13.00 WIB – Polisi mengerahkan water cannon dan menutup akses jalan utama. Tensi mulai naik.
- 14.00 WIB – Gas air mata ditembakkan. Massa membalas dengan batu dan botol.
- 16.00 WIB – Bentrokan pecah. Tercatat 17 orang luka-luka, mayoritas mahasiswa.
- Malam hari – Kericuhan mereda, tetapi kelompok lain mulai menyasar kantor DPRD di Bandung, Semarang, dan Medan.
Timeline Aksi 28 Agustus 2025
- 10.00 WIB – Ribuan massa kembali mengepung DPR RI. Isu “Bubarkan DPR” makin kencang setelah viral video anggota DPR berjoget usai sidang kenaikan gaji.
- 12.00 WIB – Massa memblokade tol dalam kota arah Slipi. Bentrokan pecah dengan aparat.
- 13.45 WIB – Driver ojek online Affans Kurniawan tewas tertabrak kendaraan taktis polisi. Kabar ini menyebar cepat, memicu amarah massa.
- 15.00 WIB – Kantor DPRD Jakarta dibakar. Api meluas ke pos polisi dan halte TransJakarta.
- 18.00 WIB – Aksi menyebar ke kota besar lain: Surabaya (kantor DPRD dilempari molotov), Medan (rumah anggota DPR dirusak dan dijarah), Makassar (bentrok di depan DPRD Sulsel), Palembang (gedung DPRD dilempari batu).
- 22.00 WIB – Polisi mengumumkan 83 orang ditangkap, termasuk diduga provokator. Kerugian materi diperkirakan miliaran rupiah.
Data Korban & Kerusuhan 25–28 Agustus 2025
Kategori | 25 Agustus | 28 Agustus | Total Dua Hari |
---|---|---|---|
Korban Jiwa | 0 | 1 (Affans Kurniawan, driver ojol) | 1 |
Luka-Luka Ringan | 17 orang (mahasiswa & buruh) | 45 orang (mahasiswa, buruh, warga sipil) | 62 |
Luka-Luka Berat | 3 orang | 9 orang | 12 |
Aparat Terluka | 5 orang | 14 orang | 19 |
Penangkapan Massa | 21 orang | 83 orang | 104 |
Fasilitas Umum Rusak | 4 titik (Jakarta, Bandung, Medan, Semarang) | 15 titik (Jakarta, Surabaya, Medan, Makassar, Palembang) | 19 |
Kerugian Materiil | ± Rp 4,5 miliar | ± Rp 12 miliar | ± Rp 16,5 miliar |
Pemicu: Retaknya Jokowi–Prabowo
Menurut Bilung, akar masalah bermula dari Pemilu 2024 yang ia sebut cacat hukum dan moral. Pemilu yang memenangkan pasangan Prabowo Subianto–Gibran Rakabuming Raka disebut hasil transaksi politik antara Jokowi dan Prabowo.
“Banyak transaksi politik dilakukan. Salah satunya pemaksaan proyek IKN tetap jalan, padahal sekarang mangkrak dan jadi pulau hantu. Lalu, pencalonan Gibran sebagai wakil presiden juga dipaksakan oleh Jokowi,” tegasnya.
Hubungan keduanya retak setelah Prabowo resmi menjabat, terutama soal proyek IKN yang tidak berjalan dan perbedaan arah kebijakan. Keretakan inilah, kata Bilung, yang jadi bahan bakar konflik hingga meluber ke jalanan.
Kematian Affans Jadi Simbol Perlawanan
Kematian Affans Kurniawan menjadi titik balik. Mahasiswa menjadikannya simbol perlawanan terhadap represifitas aparat.
“Affans dijadikan simbol perlawanan. Gerakan mahasiswa makin kuat karena melihat ada korban jiwa akibat tindakan aparat,” kata Bilung.
Desain Kerusuhan & Potensi Gelombang Baru
Bilung menuding ada kelompok tertentu yang memang disiapkan untuk memprovokasi pembakaran dan penjarahan. Pola itu, menurutnya, sengaja diciptakan untuk menodai pemerintahan Prabowo.
“Desain ini berhasil. Demo yang awalnya soal DPR berubah jadi kerusuhan nasional, sekaligus tamparan keras untuk Prabowo yang dianggap merusak demokrasi,” ujarnya.
Bilung juga memperingatkan, jika konflik Jokowi–Prabowo terus berlanjut, bukan tidak mungkin muncul gelombang tuntutan Prabowo mundur.
“Sejarah membuktikan, konflik elite bisa menjalar menjadi konflik rakyat. Jika dibiarkan, eskalasinya bisa menyeret bangsa ini ke krisis politik serius,” pungkasnya.( AM /Red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar