Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Medan Ricuh Pasca Tewasnya Driver Ojol, 7 Brimob Ditetapkan Langgar Etik

Sabtu, 30 Agustus 2025 | Sabtu, Agustus 30, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-08-30T11:15:31Z


CNews , Medan – Gelombang protes yang melanda sejumlah kota di Indonesia memanas setelah tewasnya seorang pengemudi ojek online (alm. Affan Kurniawan) dilindas kendaraan taktis Brimob di Jakarta. Tragedi ini memicu solidaritas lintas kota, dengan Medan menjadi episentrum kericuhan.


Kepolisian RI telah menetapkan tujuh anggota Satbrimob Polda Metro Jaya sebagai pelanggar kode etik. Mereka adalah Kompol C, Aipda M, Bripka R, Briptu B, Bripda M, Baraka Y, dan Baraka J. “Ketujuh personel ini telah terbukti melanggar kode etik kepolisian,” tegas Kadiv Propam Polri Irjen Abdul Karim di Jakarta. Saat ini, ketujuhnya menjalani penempatan khusus di Propam Polri.


Medan Jadi Episentrum Ricuh


Rabu (27/8/2025), ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Cipayung Plus Sumut bergabung dengan komunitas ojol, pelajar STM, dan warga di depan Gedung DPRD Sumut. Aksi awalnya damai, namun memanas menjelang sore.


Kericuhan pecah ketika azan Ashar berkumandang. Sebagian pelajar melakukan provokasi dengan melempari aparat, bahkan membakar pos polisi di sekitar Lapangan Benteng. Massa ditemukan membawa batu dan bom molotov. Akibat bentrokan, 11 polisi dan seorang driver ojol terluka.


Di sisi lain, massa ojol menuntut Dansat Brimob Polda Sumut meminta maaf dan berdoa bersama untuk Affan. Tuntutan itu akhirnya dipenuhi dalam suasana tegang di tengah kerumunan.


Massa Anarko Dituding Provokator


Polisi mengamankan 19 orang yang disebut sebagai massa cair atau anarko. Mereka dianggap bukan bagian dari mahasiswa maupun ojol, melainkan penyusup yang memicu kerusuhan. Salah satu aksi destruktif adalah pembakaran pos Satlantas di Jalan Balai Kota, Medan.


Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Ferry Walintukan, menyebut: “Mereka berusaha masuk ke barisan mahasiswa dan ojol, tapi ditolak. Karena tidak diterima, mereka melakukan tindakan anarkis.”


Untuk mengendalikan situasi, lebih dari 1.100 personel TNI-Polri dikerahkan. Kondisi Medan baru berangsur kondusif pada Jumat malam (29/8), setelah aparat membubarkan massa.


Gelombang Aksi Meluas ke Daerah Lain


  • Malang: Polisi menangkap 61 orang, termasuk 21 anak di bawah umur, pasca demo ricuh.
  • Cirebon: Mahasiswa dan ojol bertahan di sekitar DPRD meski pengamanan diperketat.
  • NTB: Massa aksi menyebar ke sejumlah titik setelah bentrokan di DPRD.


Ancaman Aksi Berlanjut


Seorang perwira Intelkam Polda Sumut yang enggan disebutkan namanya menyatakan aksi akan terus berlanjut sampai DPR/DPRD turun langsung menemui rakyat. “Selama wakil rakyat bungkam, kemarahan ini tidak akan padam,” ujarnya.


Analisis Politik: Tragedi Affan, Solidaritas Ojol, dan Krisis Legitimasi


Tragedi Affan Kurniawan kini bergeser dari sekadar kasus etik menjadi krisis politik nasional.


  1. Polri dalam Sorotan Publik
    Sanksi etik dianggap tidak cukup. Publik mendesak agar ada proses pidana transparan, bukan sekadar “patsus”. Risiko terbesarnya: kepercayaan terhadap Polri jatuh ke titik nadir.

  2. DPR Terpojok
    Isu “Selusin Tuntutan Rakyat” menyorot langsung DPR: dari korupsi hingga kebijakan pro-elite. Sikap diam DPR justru memperlebar jurang ketidakpercayaan.

  3. Solidaritas Ojol, Faktor Baru
    Untuk pertama kali, ojol menjadi pemersatu gerakan rakyat. Jaringan digital mereka mampu memobilisasi massa serentak lintas kota tanpa komando pusat.

  4. Resonansi Politik Nasional
    Medan hanyalah titik awal. Jika dibiarkan, tragedi Affan bisa menjadi “trigger 1998 jilid baru”—satu peristiwa tunggal yang memantik kemarahan kolektif.

  5. Peluang dan Ancaman

    • Peluang: Presiden dan Kapolri bisa meredakan situasi dengan sikap tegas, transparan, berpihak pada rakyat.
    • Ancaman: Jika diabaikan, gelombang protes akan merembet ke isu lebih luas—harga pangan, korupsi, hingga legitimasi pemerintahan.

( Tim - Red) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Berita Terbaru Update