Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Bobby di Persimpangan: Antara Darah Keluarga dan Tangan Besi Melawan Ormas

Selasa, 19 Agustus 2025 | Selasa, Agustus 19, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-08-19T15:31:57Z

 


Benteng Kekuasaan Diterpa Gelombang


CNews  – Medan, Sumut - Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution, kini berdiri di persimpangan tajam. Dua badai sekaligus menghantamnya: keluarganya disorot Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), sementara di lapangan ia harus berhadapan langsung dengan ormas besar yang menebar ancaman.

Namun alih-alih goyah, Bobby menunjukkan wajah dingin. Ia memilih berdiri tegak dan melawan, meski taruhannya adalah benteng politik dan nama baik keluarga.


KPK Menyentuh Darah Keluarga


KPK memanggil Dedi Iskandar Rangkuti, sepupu kandung Bobby, terkait dugaan bancakan proyek jalan di Sumut. Nama Dedi selama ini tak asing: kontraktor flamboyan, pemilik PT Nasrita Surya Abadi, sekaligus penggagas relawan Bobby Lover.


Kabar pemanggilan itu langsung mengguncang. Publik bertanya-tanya, apakah KPK berani masuk lebih dalam hingga menyentuh lingkar inti kekuasaan keluarga?


Bobby hanya menjawab singkat, “Silakan aparat hukum bertindak.”
Jawaban dingin yang menegaskan, ia tidak akan pasang badan demi keluarga sendiri.


Markas GRIB Marcopolo: Simbol Narkoba yang Dirobohkan


Di sisi lain, Bobby menorehkan langkah berani yang jarang dilakukan kepala daerah. Ia memimpin langsung eksekusi pembongkaran markas GRIB Jaya di Kutalimbaru, yang dikenal sebagai diskotek ilegal Marcopolo – sarang narkoba yang sudah lama jadi rahasia umum.


Pagi itu, ratusan aparat gabungan TNI, Polri, Satpol PP, dan Pemkab Deli Serdang mengepung bangunan. Saat alat berat mulai merobohkan tembok, massa GRIB melempari batu. Pangdam I/BB Mayjen Rio Firdianto bahkan hampir terkena lemparan. Situasi memanas, tapi eksekusi tidak dihentikan.


Beberapa jam kemudian, bangunan yang disebut “tak tersentuh” itu rata dengan tanah.


GRIB Mengamuk, Bobby Tenang


Tak tinggal diam, GRIB Jaya membalas dengan ancaman: mereka siap mengerahkan ribuan kader ke Jakarta, menggeruduk KPK, menuntut pengusutan proyek-proyek di Sumut yang disebut melibatkan lingkaran Bobby.

 

Namun lagi-lagi Bobby menjawab tenang.
“Silakan demo, itu wajar. Kami hanya menindaklanjuti keresahan masyarakat. Lokasi itu jelas jadi pusat narkoba, makanya kami robohkan,” ujarnya.


Tidak ada kompromi, tidak ada tawar-menawar.


Antara Darah dan Keberanian

Kini publik menilai, Bobby berada dalam posisi dilematis. Di satu sisi, KPK sudah menyentuh darah dagingnya sendiri. Di sisi lain, ia sedang memimpin perang terbuka melawan ormas besar yang merasa dilucuti bisnis gelapnya.


Namun dalam dua kasus itu, Bobby menunjukkan karakter yang sama: dingin, keras, berani menantang risiko.


Catatan Publik 

Langkah Bobby melawan ormas narkoba bisa dicatat sebagai preseden baru di Sumut. Selama ini, sedikit sekali kepala daerah yang berani menyentuh jaringan hiburan malam ilegal yang berkelindan dengan ormas besar.


Tapi bersamaan dengan itu, publik juga menunggu:


  • Apakah keberanian Bobby melawan GRIB akan sama ketika KPK membuka kotak Pandora keluarganya sendiri?
  • Atau justru ia akan terjebak, dipuji sebagai pemberani di luar, tapi dilemahkan oleh darah di dalam?

Sejarah politik Sumut kini menunggu jawabannya. ( Tim - Red) 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Berita Terbaru Update