Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan


Tragedi Penusukan di Kayuagung: Ledakan Emosi atau Alarm Gagalnya Sistem Sosial?

Selasa, 13 Mei 2025 | Selasa, Mei 13, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-05-13T12:11:50Z


CNEWS - Kayuagung , Sumatera Selatan — Peristiwa tragis yang merenggut nyawa Mang Emon, seorang pedagang es keliling, bukan sekadar kriminalitas biasa. Ia menandai titik kritis gagalnya sistem deteksi dini sosial di lingkungan masyarakat urban dan semi-urban. Korban, yang dikenal ramah dan bersahaja, tewas bersimbah darah dengan lima luka tusukan di tubuhnya.



Sinyal Gagalnya Sistem Sosial dan Deteksi Dini


Pengamat hukum dan sosial publik, Syarif Al Dhin, menilai kasus ini sebagai konsekuensi langsung dari lemahnya pendekatan preventif negara.


“Negara hadir terlalu lambat. Potensi konflik sosial, ekonomi, maupun psikologis sebenarnya bisa diantisipasi lewat penyuluhan intensif dan pendekatan humanis oleh aparat paling dekat dengan warga,” tegasnya.

 

Ia menyerukan penguatan community policing dan optimalisasi peran Bhabinkamtibmas, Polisi RW, serta tokoh masyarakat dalam membaca tanda-tanda awal kerawanan sosial.

 

“Penegakan hukum penting, tetapi pencegahan jauh lebih vital. Jangan tunggu korban jatuh baru aparat turun tangan. Ini soal perlindungan konstitusional terhadap hak hidup warga negara,” tambah Syarif.

 

Dari sisi hukum, pelaku berinisial L (34) dapat dijerat Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan. Bila penyidikan menemukan unsur perencanaan, maka Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana dapat diberlakukan dengan ancaman maksimal hukuman mati.


Pandangan Psikolog Forensik: Emosi Meledak atau Gangguan Jiwa Tersembunyi?


Psikolog forensik dari Palembang, Dr. Ika Prameswari, menilai tindakan brutal pelaku sebagai indikasi ledakan emosi ekstrem atau tekanan mental kronis.

 

“Penusukan berulang di titik vital menunjukkan dorongan emosional yang kuat, mungkin dipicu dendam lama atau stres berat—baik karena beban ekonomi, konflik personal, atau gangguan kejiwaan laten,” ujarnya.

 

Ia menekankan pentingnya evaluasi psikiatri terhadap pelaku untuk menentukan kondisi psikologis saat kejadian. Jika terbukti mengalami gangguan jiwa, hal ini akan memengaruhi aspek pertanggungjawaban pidana.


Suara Warga: “Kami Kehilangan Sosok Baik, Negara Jangan Buta Tuli”


Sejumlah tokoh masyarakat Kayuagung menyampaikan keprihatinan dan kemarahan. Mereka melihat peristiwa ini sebagai cermin buram kondisi keamanan sosial di akar rumput.

 

“Mang Emon bukan cuma pedagang, dia bagian dari denyut ekonomi rakyat. Kalau sampai orang seperti itu ditikam tanpa ampun, kita harus berani mengakui bahwa sistem sosial kita sedang rusak,” tegas seorang tokoh setempat.

 

Warga mendorong pembentukan posko pengaduan sosial di tingkat kelurahan sebagai kanal deteksi dini dan intervensi konflik yang mulai tumbuh di tengah masyarakat. ( TimRed)




Catatan Redaksi:
Tragedi ini menyisakan pertanyaan mendasar: Apakah kita sudah cukup peduli terhadap kesehatan mental, tekanan sosial, dan potensi konflik di sekitar kita? Jawabannya, mungkin belum. Maka pertanyaannya bukan lagi “siapa salah?”, tapi “kenapa ini bisa terjadi dan siapa yang seharusnya mencegah?”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Berita Terbaru Update