Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan


Sjafruddin Prawiranegara: Penjaga Api Republik Saat Nyaris Padam

Minggu, 11 Mei 2025 | Minggu, Mei 11, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-05-11T13:28:37Z

 


CNEWS - Medan - 11 Mei 2024 -  Nama Sjafruddin Prawiranegara mungkin tak sepopuler Soekarno atau Hatta, tetapi dalam salah satu momen tergelap sejarah Republik, dialah sosok yang memastikan Indonesia tetap berdiri sebagai negara merdeka. Ketika Belanda melancarkan Agresi Militer II pada 19 Desember 1948 dan berhasil menduduki Yogyakarta—ibu kota Republik saat itu—Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta ditawan. Namun, Republik tak runtuh. Api perjuangan tetap menyala dari Bukittinggi, Sumatera Barat—berkat Sjafruddin Prawiranegara.


Membentuk Pemerintah Darurat di Tengah Krisis


Saat agresi terjadi, Sjafruddin tengah berada di Bukittinggi. Berdasarkan mandat lisan dari Presiden Soekarno yang disampaikan melalui radio dan kurir, ia segera mengambil langkah berani: membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) pada 22 Desember 1948. Langkah ini menjadi penopang konstitusional yang krusial, menjaga legitimasi Indonesia di mata dunia internasional.


Keputusan cepat Sjafruddin bukan hanya menyelamatkan kontinuitas pemerintahan, tapi juga menunjukkan bahwa Republik Indonesia bukan sekadar simbol di atas kertas. Ia adalah tekad hidup yang dibela dengan kecerdikan politik dan keberanian moral.


Dari Menteri Keuangan ke Pemimpin Darurat Republik


Sebelum peristiwa itu, Sjafruddin telah dipercaya memegang jabatan strategis sebagai Menteri Keuangan dalam kabinet Sutan Sjahrir dan Mohammad Hatta pasca-Proklamasi 1945. Ketajaman ekonominya menjadi aset penting dalam menata keuangan negara muda yang baru berdiri di tengah tekanan internal dan eksternal.


Namun perannya dalam PDRI-lah yang mencatat namanya sebagai salah satu figur paling strategis dalam sejarah republik. Ia memimpin pemerintahan dalam pelarian, berpindah-pindah dari satu wilayah ke wilayah lain di pedalaman Sumatera Barat untuk menghindari sergapan militer Belanda—sekaligus mengirim pesan tegas: Republik belum tumbang.


Jejak Intelektual dan Aktivisme Islam


Lahir di Serang, Banten pada tahun 1911, Sjafruddin dikenal sebagai intelektual muslim progresif. Ia aktif di organisasi-organisasi Islam seperti Permi (Partai Islam yang berhaluan progresif) dan PSII (Partai Syarikat Islam Indonesia). Pandangan Islam modernis dan nasionalisnya berpadu dalam perjuangan membangun Indonesia merdeka yang inklusif dan berdaulat.


Akhir Hayat Sang Penjaga Republik


Sjafruddin wafat di Jakarta pada tahun 1998 dalam usia 87 tahun. Namun warisannya tak pernah usang. Ia bukan hanya tokoh teknokrat atau politikus, tetapi negarawan sejati yang bertindak ketika bangsa nyaris kehilangan arah.


Sejarah mencatat: saat Republik Indonesia hampir kehilangan bentuknya di mata dunia, Sjafruddin Prawiranegara berdiri di garis depan, bukan untuk mengambil alih kekuasaan—tetapi untuk memastikan negeri ini tetap bernama Indonesia. ( Red) 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Berita Terbaru Update