CNEWS - Batubara, Sumut – Sebuah pernyataan mengejutkan dari istri salah satu tersangka korupsi Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) se-Kabupaten Batubara menggegerkan publik. Dalam sebuah video yang kini viral di media sosial, ia menyebut bahwa pemotongan dana BOS dari sekolah-sekolah bukan untuk kepentingan pribadi, melainkan sebagai bentuk Tunjangan Hari Raya (THR) yang disebut-sebut diminta oleh oknum aparat penegak hukum.
"Kalau tidak diberi, nanti sekolah sering dikunjungi, dicari-cari kesalahan," ucap perempuan tersebut dalam pernyataan yang kini ramai diperbincangkan.
Pernyataan ini sontak memantik kemarahan publik dan menjadi sorotan tajam terhadap integritas aparat hukum di daerah tersebut. Dugaan bahwa oknum penegak hukum ikut ‘bermain’ dalam praktik pemerasan terhadap sekolah dengan dalih “THR” membuka wajah lain dari skandal penyalahgunaan dana pendidikan.
Bukan Lagi Soal Korupsi Biasa
Kasus ini kini bukan lagi sekadar persoalan korupsi dana BOS, tetapi telah menyerempet pada praktik pemalakan sistematis yang diduga melibatkan oknum aparat hukum yang seharusnya menegakkan keadilan.
Jika pernyataan itu benar, maka praktik ini bisa dikategorikan sebagai bentuk pemerasan terselubung dengan memanfaatkan ketakutan kepala sekolah terhadap ancaman pemeriksaan atau kriminalisasi.
Sampah Sistemik yang Harus Dibersihkan
Kejadian ini juga menyoroti lemahnya sistem pengawasan dan keberanian pelapor di lingkungan pendidikan. Sumber anggaran yang semestinya diperuntukkan untuk meningkatkan kualitas belajar justru menjadi “ladang basah” yang diperas dari berbagai sisi.
“Kalau sekolah tak bisa tenang menjalankan programnya karena selalu dihantui aparat yang minta jatah, maka ini bukan negara hukum lagi, tapi negara ketakutan,” ujar salah satu aktivis antikorupsi yang enggan disebutkan namanya.
Desakan Proses Hukum Tanpa Pandang Bulu
Publik kini menantikan respons tegas dari aparat penegak hukum. Desakan agar kasus ini diusut tuntas tak hanya kepada pelaku utama, tetapi juga terhadap dugaan keterlibatan oknum aparat yang disebut dalam pernyataan viral tersebut, semakin menguat.
“Kalau ini dibiarkan, maka kerusakan sistem akan makin parah. Anak-anak sekolah jadi korban, guru tertekan, negara rugi besar. Aparat harus bersih-bersih di dalam rumahnya sendiri,” tambah aktivis itu. ( Red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar