Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan


Kehadiran TNI di Diskusi Bertema Fasisme di UIN Walisongo Picu Kekhawatiran Intervensi Akademik

Jumat, 18 April 2025 | Jumat, April 18, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-04-18T14:36:34Z

CNEWS - Semarang – Sebuah diskusi bertema "Fasisme Mengancam Kampus: Bayang-Bayang Militer bagi Kebebasan Akademik" di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang, Jawa Tengah, mendadak menjadi tegang ketika forum tersebut didatangi oleh seorang anggota TNI, Senin (14/4/2025).


Diskusi yang diinisiasi sekelompok mahasiswa ini awalnya berjalan normal, hingga muncul seorang pria asing berbadan agak gempal mengenakan kaus hitam dan celana jeans. Ia duduk di forum lesehan tanpa memperkenalkan diri, berbeda dari peserta lainnya. "Pas dia diajak kenalan, enggak mau," ujar Ryan Wisnal, panitia diskusi, kepada wartawan, Selasa (15/4).


Tak lama setelah pria tersebut pergi, petugas keamanan kampus datang dan meminta beberapa mahasiswa menemui seseorang berseragam TNI di lokasi terdekat. Sosok tersebut kemudian diketahui adalah Sertu Rokiman, anggota Babinsa.


Menurut Wisnal, Sertu Rokiman meminta berbicara dengan perwakilan panitia dan menanyakan identitas peserta serta tema diskusi yang sedang berlangsung. Meski tidak ada pembubaran paksa, Wisnal menilai kehadiran aparat berseragam di ruang akademik merupakan bentuk tekanan. "Kehadiran mereka tidak bisa dilepaskan dari potensi intervensi terhadap kebebasan akademik," tegasnya.


Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Penerangan TNI AD (Kadispenad) Brigjen TNI Wahyu Yudhayana menyatakan kehadiran personelnya adalah bagian dari tugas rutin sebagai aparat kewilayahan. Ia menyebut diskusi tersebut diketahui dari pamflet terbuka yang beredar di media sosial. “Babinsa hadir hanya untuk monitoring wilayah. Itu bagian dari tugas dalam menjaga keamanan dan ketertiban,” ujarnya.


Namun, insiden ini menimbulkan kekhawatiran lebih luas mengenai batas antara tugas keamanan dan ruang kebebasan berpikir di lingkungan kampus. Pengamat pendidikan dan kebebasan sipil menyebut peristiwa ini sebagai pengingat penting bahwa ruang akademik harus bebas dari intimidasi, apalagi oleh aparat negara bersenjata. ( Tim) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Berita Terbaru Update