CNEWS - Jakarta – Tawaran bantuan dari TNI kepada Tempo dalam mengusut kasus teror kepala babi menimbulkan tanda tanya besar. Padahal, kasus ini sudah resmi dilaporkan ke Bareskrim Polri, dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo pun telah memerintahkan Kabareskrim untuk menanganinya secara tuntas.
Lantas, mengapa TNI tetap menawarkan bantuan? Apakah ini mengindikasikan ketidakpercayaan terhadap kinerja Polri? Atau ada pesan lain di balik manuver ini?
Spekulasi pun berkembang liar. Bukan mustahil, ada sosok penting yang diduga terlibat sehingga TNI merasa perlu turun tangan. Namun, langkah ini juga memicu pertanyaan fundamental: apakah tugas pokok dan fungsi (tupoksi) TNI memang mencakup pengusutan kasus kriminal sipil semacam ini?
Ketegangan antara TNI dan Polri bukan isu baru. Pernyataan Kapuspen TNI Mayjen Kristomei Sianturi ini bisa saja menambah gesekan. Apalagi, sebelumnya KSAD Jenderal Maruli Simanjuntak sempat menyinggung soal institusi lain yang dibiarkan masuk ke ranah sipil, sementara TNI justru dihadang. Pernyataan itu muncul dalam konteks penolakan terhadap revisi UU TNI yang tengah bergulir.
Apakah ini sinyal bahwa TNI merasa tersisih atau bahkan cemburu terhadap kewenangan Polri di ranah sipil? Jika iya, gesekan dua institusi keamanan ini jelas bukan kabar baik bagi stabilitas nasional.
Jika benar ada dalang besar di balik kasus teror ini, bukankah lebih baik TNI dan Polri bersinergi daripada saling menunjukkan rivalitas? Yang jelas, manuver ini membuka banyak pertanyaan. Ndak bahaya, ta? ( Tim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar