Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Raja Mohammed VI: Maroko Memasuki Babak Baru, Akhiri Konflik Sahara yang Telah Berlangsung 50 Tahun

Sabtu, 01 November 2025 | Sabtu, November 01, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-11-01T16:38:30Z

 


 CNEWS, Rabat — Raja Maroko, Yang Mulia Mohammed VI, menyampaikan pidato penting kepada rakyatnya pada Jumat, 31 Oktober 2025, yang menandai momen bersejarah dalam perjalanan panjang penyelesaian konflik Sahara Maroko. Dalam pidatonya, Raja menegaskan bahwa Maroko kini memasuki babak baru konsolidasi nasional, menutup konflik yang telah berlangsung selama hampir lima dekade melalui Inisiatif Otonomi sebagai satu-satunya dasar solusi damai.


Pidato itu juga bertepatan dengan dua momentum besar bagi bangsa Maroko: peringatan 50 tahun Pawai Hijau (Green March)—simbol perjuangan rakyat untuk merebut kembali wilayah Sahara pada 1975—dan peringatan 70 tahun kemerdekaan Maroko.


“Setelah lima puluh tahun pengorbanan, dengan bantuan dan bimbingan Yang Maha Kuasa, kita memulai babak baru untuk mengakhiri konflik yang direkayasa ini,” ujar Raja Mohammed VI dalam pidatonya yang disiarkan langsung dari Istana Kerajaan di Rabat.

 

Resolusi PBB dan Dukungan Internasional


Raja menyebut bahwa resolusi terbaru Dewan Keamanan PBB menjadi titik balik penting bagi legitimasi Maroko atas Sahara. Menurutnya, keputusan tersebut memperkuat posisi Maroko di mata dunia dan membuka jalan menuju penyelesaian final berdasarkan kerangka otonomi.


“Kini, dua pertiga negara anggota PBB menganggap Inisiatif Otonomi sebagai satu-satunya kerangka penyelesaian yang realistis dan layak,” tegasnya.

 

Raja juga menyoroti meningkatnya pengakuan internasional terhadap kedaulatan ekonomi Maroko atas provinsi-provinsi selatan, terutama setelah langkah negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Prancis, Inggris, Rusia, Spanyol, dan Uni Eropa yang memperluas investasi serta hubungan dagang dengan wilayah tersebut.


Ucapan Terima Kasih kepada Negara Sahabat


Dalam pidatonya, Raja Mohammed VI menyampaikan apresiasi mendalam kepada negara-negara sahabat yang telah mendukung perjuangan diplomatik Maroko di forum internasional.


“Saya ingin menyebutkan secara khusus Amerika Serikat di bawah kepemimpinan sahabat kami, Yang Mulia Presiden Donald Trump, yang telah membuka jalan bagi penyelesaian akhir konflik ini,” ujarnya.
“Saya juga berterima kasih kepada Inggris, Spanyol, dan terutama Prancis, atas dukungan mereka terhadap proses damai ini,” tambah Raja.

 

Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada negara-negara Arab dan Afrika yang secara konsisten mendukung “Sahara Maroko”, serta kepada seluruh bangsa di dunia yang mendukung pendekatan otonomi sebagai solusi damai.


Ajakan Persaudaraan kepada Aljazair dan Penghuni Kamp Tindouf


Menyoroti dimensi kemanusiaan dari konflik berkepanjangan ini, Raja Mohammed VI mengulurkan tangan persaudaraan kepada warga Maroko yang masih berada di kamp pengungsi Tindouf di Aljazair. Ia mengajak mereka untuk kembali dan ikut berkontribusi membangun tanah air di bawah payung otonomi.


“Saya menyerukan kepada saudara-saudara kita di kamp Tindouf untuk memanfaatkan kesempatan bersejarah ini, berkumpul kembali dengan keluarga mereka, dan berpartisipasi dalam pembangunan tanah air mereka di Maroko yang bersatu,” kata Raja.

 

Raja juga menyerukan dialog langsung dengan Presiden Aljazair Abdelmajid Tebboune, guna memulai “dialog persaudaraan yang tulus” untuk mengakhiri ketegangan dan membangun hubungan baru yang didasarkan pada saling percaya dan kerja sama.


Konsolidasi Nasional dan Penghormatan bagi Para Pejuang


Dalam bagian akhir pidatonya, Raja Mohammed VI menegaskan bahwa stabilitas dan kemajuan provinsi-provinsi selatan merupakan hasil pengorbanan seluruh rakyat Maroko dan aparat keamanan yang setia menjaga keutuhan wilayah.


“Saya mengungkapkan rasa bangga kepada seluruh rakyat setia saya, terutama penduduk provinsi selatan yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai bangsa dan integritas teritorial negara ini,” ujar Raja.

 

Raja juga memberikan penghormatan khusus kepada Angkatan Bersenjata Kerajaan serta mengenang almarhum Raja Hassan II, sang perintis Pawai Hijau, dan semua “martir bangsa” yang gugur demi persatuan dan kemerdekaan Maroko.


“Semoga arwah suci mereka beristirahat dalam damai,” tutup Raja dalam pidatonya, yang ditutup dengan doa: “Wassalamou alaikoum warahmatoullahi wabarakatouh.”


Catatan 
Pidato ini menandai perubahan geopolitik penting di Afrika Utara, di mana Maroko berupaya mengakhiri konflik Sahara melalui diplomasi dan solusi otonomi yang diakui secara internasional. Momentum tersebut juga memperkuat posisi Kerajaan Maroko sebagai salah satu negara paling stabil dan berpengaruh di kawasan Maghreb.

(PERSISMA/Red/CNEWS)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Berita Terbaru Update