Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Media Belanda: Timnas Indonesia Dirampok Wasit Saat Dikalahkan Irak dan Gagal ke Piala Dunia 2026

Senin, 13 Oktober 2025 | Senin, Oktober 13, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-10-13T09:13:46Z


Kontroversi Keputusan Ma Ning Asal China Bikin Garuda Pulang dengan Luka — Tapi Tetap dengan Kepala Tegak



CNEWS | JEDDAH — Impian besar Timnas Indonesia untuk tampil di Piala Dunia 2026 akhirnya kandas. Kekalahan tipis 0–1 dari Irak pada pertandingan kedua Grup B Putaran Keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia di Stadion King Abdullah Sports City, Jeddah, Arab Saudi, Minggu (12/10/2025) dini hari WIB, menjadi akhir yang pahit bagi perjalanan panjang Garuda di kualifikasi.


Gol tunggal Zidane Iqbal pada menit ke-76 menjadi pembeda. Namun di balik skor tipis itu, laga ini menyisakan kontroversi besar soal kepemimpinan wasit Ma Ning asal China — yang dianggap melakukan sejumlah keputusan janggal dan merugikan Indonesia.


Media Belanda: “Garuda Seolah Dirampok Penalti”


Media sepak bola ternama asal Belanda, Voetbal Primeur, turut menyoroti pertandingan ini. Dalam laporannya yang terbit Minggu pagi, media tersebut menulis bahwa Timnas Indonesia layak kecewa karena dirampok oleh keputusan wasit.


“Menjelang akhir pertandingan, momen aneh terjadi ketika Indonesia seolah dirampok penalti,” tulis Voetbal Primeur.

 

Media itu menyebut sejumlah keputusan Ma Ning sangat membingungkan, bahkan tidak seimbang dalam menerapkan aturan di lapangan.
“Beberapa pelanggaran keras dari pemain Irak hanya diganjar kartu kuning, sementara insiden yang sama pada pemain Indonesia langsung dihukum tegas. Ini keputusan yang tidak konsisten,” tulis mereka.


Dua Keputusan Kontroversial yang Menjadi Sorotan Dunia


Setidaknya ada dua momen krusial yang menimbulkan kemarahan publik Indonesia dan menjadi sorotan internasional:


  1. Menit ke-69 – Insiden Ole Romeny vs Zaid Tahseen
    Pemain naturalisasi asal Belanda, Ole Romeny, sukses melewati bek Irak Zaid Tahseen dan sudah mendorong bola ke depan, namun dijegal keras dari belakang.
    Situasi itu seharusnya menjadi pelanggaran terakhir (last man foul) yang berujung kartu merah langsung, karena Tahseen adalah pemain terakhir di garis pertahanan Irak.
    Namun Ma Ning hanya memberikan kartu kuning, yang memicu protes keras dari pemain dan ofisial Indonesia.

  2. Menit 90+3 – Insiden Kevin Diks di Kotak Penalti

  3. Pada masa injury time, Kevin Diks berduel dengan Tahseen di udara saat menerima umpan Jay Idzes. Dalam tayangan ulang, terlihat jelas siku Tahseen menghantam wajah Diks di kotak penalti.
    Namun, wasit Ma Ning tidak meninjau insiden itu melalui VAR, dan justru mengganjar Tahseen dengan kartu kuning kedua tanpa memberikan penalti untuk Indonesia.


Kedua insiden itu dianggap sebagai indikasi bias dan ketidakprofesionalan pengadil lapangan. Di media sosial, ribuan netizen Indonesia membanjiri platform FIFA dan AFC dengan tagar #JusticeForGaruda dan #VARforIndonesia.


Garuda Tetap Bermain dengan Kualitas dan Harga Diri


Meski kalah, performa Indonesia tetap mendapat pujian dari berbagai media asing. Voetbal Primeur menilai tim besutan Patrick Kluivert tampil taktis dan penuh determinasi sepanjang laga.


Kluivert menurunkan skuad terbaiknya:
Maarten Paes (kiper), Kevin Diks, Jay Idzes, Dean James, Calvin Verdonk, Joey Pelupessy, Eliano Reijnders, Thom Haye, Mauro Zijlstra, dan Ole Romeny di lini depan.


Tim Garuda beberapa kali mengancam pertahanan Irak, terutama lewat kombinasi cepat Diks–Reijnders–Zijlstra di babak pertama. Bahkan sepakan Reijnders sempat membentur tiang gawang setelah umpan silang Diks, meski hakim garis akhirnya mengangkat bendera offside.


“Indonesia menunjukkan permainan modern dengan penguasaan bola yang rapi dan pressing ketat. Mereka pantas mendapat hasil lebih baik,” tulis Voetbal Primeur lagi.


Kluivert: “Kami Kalah, Tapi Tidak Tumbang”


Pelatih kepala Patrick Kluivert tetap memuji semangat anak asuhnya.


“Kami kalah, tapi tidak tumbang. Saya bangga dengan bagaimana pemain berjuang sampai detik terakhir. Mereka menunjukkan kelas dan hati untuk Indonesia,” ujar Kluivert dalam konferensi pers usai laga.

 

Eks legenda Belanda itu menilai, satu-satunya yang tidak bisa dikendalikan timnya malam itu adalah keputusan wasit.


“Kami bisa mengatur strategi, bisa menahan lawan, tapi kami tidak bisa mengatur keadilan. Itu urusan yang berbeda,” ucapnya singkat namun tegas.


Analisis: Kekalahan yang Mengajarkan Harga Diri


Meski gagal melangkah ke Piala Dunia 2026, kiprah Timnas Indonesia di bawah Kluivert tetap mencatat kemajuan besar.


  • Kualitas teknis dan taktik meningkat signifikan.
  • Diaspora Eropa tampil solid dan terintegrasi dengan pemain lokal.
  • Struktur pertahanan dan pola serangan semakin matang.


Analis sepak bola Asia, Ravi Chandran, menilai kekalahan ini bukan akhir, tetapi tonggak kebangkitan sepak bola Indonesia di tingkat internasional.


“Indonesia kalah dengan kepala tegak. Mereka bukan kalah karena tidak mampu, tetapi karena keputusan yang tidak adil. Dunia melihat itu,” kata Ravi.

 

Harapan Baru Menuju Piala Asia 2027


Dengan tersingkirnya Indonesia dari jalur Piala Dunia 2026, fokus kini beralih ke Piala Asia 2027 dan program jangka panjang pembinaan pemain muda.
Federasi Sepak Bola Indonesia (PSSI) bersama Kemenpora diharapkan melakukan evaluasi komprehensif, termasuk peningkatan kualitas wasit di kompetisi domestik, agar mental pemain terbentuk menghadapi tekanan internasional.


“Kita mungkin gagal ke Piala Dunia, tapi kita sedang membangun fondasi agar kelak, generasi berikutnya tidak hanya lolos — tapi berprestasi,” ujar seorang pejabat PSSI yang enggan disebut namanya.


Epilog: Garuda Jatuh, Tapi Tak Pernah Mati


Kekalahan ini memang pahit. Namun semangat para pemain, kecintaan suporter, dan kebanggaan akan lambang Garuda di dada tidak pernah padam.
Di tengah kontroversi dan keputusan yang tak adil, Timnas Indonesia telah menunjukkan bahwa harga diri dan semangat bangsa jauh lebih kuat daripada skor akhir.

 

“Garuda mungkin jatuh di Jeddah malam ini, tapi esok, ia akan terbang lebih tinggi,” tulis Voetbal Primeur menutup artikelnya.

 ( Tim/Red)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Berita Terbaru Update