CNEWS - Jakarta – Konsumsi rumah tangga, motor utama ekonomi Indonesia, menunjukkan anomali menjelang Lebaran 2025. Laporan CORE Indonesia bertajuk "Awas Anomali Konsumsi Jelang Lebaran 2025", yang dirilis 26 Maret, mengungkap pelemahan daya beli yang tak biasa.
Deflasi Februari 2025 mencapai -0,09% (yoy) dan -0,48% (mtm), dipicu diskon listrik 50%. Namun, yang mengejutkan, harga makanan, minuman, dan tembakau—biasanya naik jelang Ramadan—justru turun (-0,12%).
Indeks Penjualan Riil (IPR) Bank Indonesia ikut melemah, diperkirakan turun 0,5% (yoy), sejalan dengan anjloknya penjualan ritel:
- Indomaret: dari 44,7% (2022-2023) ke 4% (2024)
- Alfamart: 13,9% (2022) → 10% (2024)
- Ramayana: 8,1% (2022) → 0,1% (2024)
- Matahari: -2,6% (2024)
Sementara itu, impor barang konsumsi Februari 2025 hanya USD 1,47 miliar, anjlok 21,05% dari tahun sebelumnya.
Lebaran pun kehilangan euforia. Pemudik turun drastis 24% menjadi 146,48 juta orang. Alasannya? PHK marak, pekerjaan sulit, dan pendapatan merosot.
"Jika ini berlanjut, ekonomi domestik bisa terpukul, memicu gejolak sosial," tegas CORE
.
Sinyal bahaya bagi pemerintah dan dunia usaha: ekonomi butuh solusi, atau daya beli makin tergerus.( Tim - Red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar